Elektabilitas Demokrat Naik Setelah Dukung Prabowo, Tomi: Berkat Simpati Publik

Rabu, 11 Oktober 2023 – 16:47 WIB
Hasil survei nasional dari The Republic Institute (TRI) terhadap elektabilitas parpol yang memiliki wakil di DPR RI. Ilustrasi. Foto: Dok. TRI

jpnn.com, JAKARTA - Elektabilitas Partai Demokrat naik menjadi 11,8 persen pasca-keputusan untuk lepas dari koalisi Nasdem-PKS.

Elektabilitas Capres Prabowo Subianto yang didukung Partai Demokrat juga naik menjadi 39,3 persen.

BACA JUGA: Bergabung ke KIM, Elektabilitas Demokrat dan Prabowo Meningkat

Demikian hasil survei nasional dari The Republic Institute (TRI) dengan 2.010 responden dan margin of error 2,19 persen yang dirilis di Jakarta, Selasa (10/10).

Survei dilakukan pada periode 13-23 September 2023 di 38 provinsi seluruh Indonesia,

BACA JUGA: Survei LSI: Prabowo Unggul di Basis PKB, Gerindra, Golkar, PAN dan Demokrat

Menanggapi hal ini, Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) DPP Partai Demokrat Tomi Satryatomo mengatakan peningkatan elektabilitas menunjukan publik bersimpati dengan apa yang terjadi dengan Partai Demokrat.

Selain itu, dia juga mengatakan bukti publik mengapresiasi pengambilan keputusan cepat yang dilakukan pucuk pimpinan Partai Demokrat dan mengganjarnya dengan kenaikan elektabilitas.

BACA JUGA: Pertemuan SBY-Jokowi, Demokrat: Sudah Lama Tidak Bicara Berdua

Survei ini dilakukan pada saat terjadi sejumlah peristiwa politik yang mengubah peta koalisi politik menjelang Pilpres 2024. Ini antara lain keputusan Partai Demokrat untuk mencabut dukungan sebagai calon Presiden Anies Baswedan dan keluar dari koalisi Nasdem-PKS.

Keputusan Partai Demokrat untuk bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju pada (17/9) dan deklarasi dukungan terhadap Prabowo Subianto sebagai bakal Capres dari Demokrat (21/9).

Perubahan Elektabilitas Partai

Survei ini mencatat ada lima partai yang elektabilitas naik. Dua di antaranya cukup signifikan yaitu PDIP dari 21,7 persen pada survei Juni menjadi 23,4 persen pada survei September, dan Partai Demokrat dari 10,2 persen, menjadi 11,8 persen.

“Parpol yang juga naik elektabilitasnya adalah Gerindra, PKB, dan PAN, dengan kenaikan di bawah satu persen,” kata Sufyanto, peneliti utama TRI.

Anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra Andre Rosiade yang juga hadir dalam acara rilis mengapresiasi temuan survei ini.

“Kenaikan elektabilitas Gerindra ini menunjukkan bahwa kami masih harus dan akan terus bekerja keras di lapangan bertemu dengan rakyat dan meyakinkan mereka,” ujarnya.

“Kenaikan PDIP tertangkap dalam hasil penelitian ialah karena kekuatan tokoh-tokoh lokalnya yang mampu menerjemahkan kebijakan partai khususnya kepala daerah dan caleg PDIP semua kerja dengan sangat baik,” papar Sufy.

“Hasil survei ini menunjukkan bahwa kami sudah berada di jalan yang benar,” kata Sunanto, caleg dari PDIP.

“Arahan Ibu Mega untuk terus berjuang bersama-sama rakyat, akan terus kita laksanakan karena kita sudah lihat buktinya. Semoga hasil survei ini mencerminkan perolehan suara kita nanti,” kata mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah yang akrab dipanggil Cak Nanto ini.

Sedangkan kenaikan elektabilitas Demokrat disebabkan oleh tambahan suara dari basis pemilih yang sebelumnya tidak memilih Partai Demokrat.

“??Ketika ditanya sikap politik pasca pencabutan dukungan Demokrat terhadap Anies Baswedan sebagai bakal Capres, 9,6 persen responden yang sebelumnya tidak memilih Partai Demokrat menyatakan akan memilih Partai Demokrat. Sebaliknya, 5,4 persen responden yang pernah memilih Partai Demokrat, mengatakan tidak akan memilih Partai Demokrat. Dengan demikian, Partai Demokrat ternyata memperoleh tambahan suara 4,2 persen dari seluruh total responden,” kata Sufy.

Empat parpol lain yang ada di Senayan, mengalami penurunan elektabilitas. Elektabilitas Golkar turun dari bulan Juni sebesar 10,8 persen menjadi 8,7 persen pada bulan September, Nasdem, dari 8,4 persen menjadi 7,2 persen dan PKS dari 7,2 persen menjadi 6,0 persen,” lanjut Sufy, panggilan akrabnya.

Basis Pemilih Bergeser, Elektabilitas Capres Berubah

Selain itu, survei juga memetakan pergeseran basis pemilih, mengikuti perubahan dukungan terhadap bakal Capres.

“Pasca keputusan Demokrat untuk mencabut dukungan dari Anies dan mendeklarasikan dukungan pada Prabowo, basis Demokrat yang mendukung Anies, menyusut dari 79 persen pada Juni menjadi tinggal 11,9 persen pada September,” urai Sufy.

“Sebaliknya ada pergeseran dukungan yang signifikan dari basis pemilih Demokrat yang memilih Prabowo dari 14 persen pada Juni, menjadi 57,3 persen pada September, sisanya bergeser mendukung Ganjar Pranowo,” kata Doktor ilmu politik lulusan Unair ini lebih lanjut.

Pergeseran basis pemilih ini berdampak pada elektabilitas tiga bakal Capres yang hendak berlaga.

“Ini yang tampaknya menjelaskan kenapa elektabilitas Prabowo naik 4 persen dari 35,3 persen pada survei Juni menjadi 39,3 persen pada survei September. Elektabilitas capres Ganjar Pranowo juga naik 3,5 persen dari 31,4 persen menjadi 34,9 persen,” kata Sufy,

“Sedangkan elektabilitas Anies Baswedan justru anjlok 7,2 persen dari 30 persen pada bulan Juni, menjadi 22,8 persen. Responden yang belum bersikap (undecided voters) juga turun dari 3,3 persen menjadi 3 persen,” kata Sufy.(fri/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler