Embargo Vaksin Jangan Dianggap Remeh, Azis Syamsuddin: Percepat Produksi Dalam Negeri

Rabu, 31 Maret 2021 – 19:29 WIB
Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin. Foto: JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Angka vaksinasi harian di Indonesia diprediksi akan turun pada periode April 2021, yang disebabkan adanya rencana embargo dari negara yang memproduksi vaksin.

Melihat potensi ini, Wakil Ketua DPR RI M. Azis Syamsuddin meminta pemerintah mengantisipasi dampak buruk yang kemungkinan terjadi.  

BACA JUGA: Akibat Embargo di India, Pengiriman Vaksin AstraZeneca ke Indonesia Ditunda

Pemerintah diharapkan segera melakukan langkah alternatif melalui pengadaan vaksin bagi kebutuhan program vaksinasi di Indonesia.

Hal itu supaya program vaksinasi tidak terkendala atau terhenti akibat adanya embargo yang dilakukan sejumlah negara.

BACA JUGA: Embargo Vaksin, Melki: Saatnya Serius Memikirkan Produksi Dalam Negeri

"Isu embargo ini sudah melebar ke mana-mana. Informasi yang sampai, jangan dianggap sepele," kata Azis dalam keterangan tertulisnya, Rabu (31/3).

Oleh karena itu, DPR RI terus mendorong pemerintah untuk melakukan upaya negosiasi dengan negara produsen vaksin.

BACA JUGA: AstraZeneca Kena Embargo, Bang Saleh Singgung Izin Uji Klinis Vaksin Nusantara

"Ini penting untuk memenuhi kebutuhan vaksin dalam waktu singkat," ungkapnya.

Azis mengatakan agar program vaksinasi dapat terus berjalan, DPR mendesak pemerintah pusat dan pemerintah paerah (pemda) khususnya dinas kesehatan mengutamakan pemberian vaksin sesuai dengan prioritas yang telah ditetapkan. 

"Meskipun ketersediaan vaksin menipis, upaya melindungi kelompok rentan dapat tetap berjalan. Mohon kiranya ini jangan diabaikan," timpal Azis. 

Politilus Partai Golkar ini mendorong komitmen pemerintah memberikan dukungan pada pengembangan dan percepatan produksi vaksin dalam negeri, seperti Vaksin Nusantara dan Vaksin Merah Putih.

Sebab, ujar Azis, Indonesia tidak bisa hanya bergantung pada vaksin dari luar negeri saja untuk memenuhi kebutuhan program vaksinasi.

Di luar desakan yang disampaikan, Azis juga mengapresiasi Kementerian Kesehatan yang memiliki inisiatif dengan memberikan kebijakan bonus berupa suntikan vaksin Covid-19 kepada seorang remaja atau masyarakat berusia minimal 18 tahun yang mendampingi dua orang lanjut usia (lansia) mendatangi tempat pelayanan vaksinasi.

"Ini bagus, merangsang kepedulian, kemanusiaan. Satu usia muda di atas 18 tahun membawa dua lansia dia dapat bonus suntik vaksin Covid-19. Kami apresiasi, ide yang baik," tutur Azis. 

Menurut Azis, kebijakan tersebut merupakan model baru pelaksanaan vaksinasi dalam upaya mempercepat cakupan vaksinasi bagi kelompok lansia.

Pasalnya, kata dia, proses percepatan vaksinasi lansia tahap dua masih relatif lambat. Ini dilihat dari  target 21,6 juta jiwa lansia, hingga saat ini baru sekitar 1.560.000 peserta yang telah divaksin.

"Jika kami cermati, angka kepesertaan lansia dalam program vaksinasi Covid-19 masih terkonsentrasi di beberapa kota besar di Indonesia. Misalnya, di Jakarta Pusat sudah 80-an persen dari sasaran, Kota Surakarta 50-an persen, Surabaya mendekati 50 persen, Kepulauan Riau mendekati 50an persen," ungkap Azis.

Sementara, di 466 kota maupun kabupaten lainnya, sambung Azis,  angka kepesertaan lansia masih di bawah 25 persen dari total populasi daerah.

DPR mengimbau kepada pemerintah daerah untuk mengoptimalkan vaksinasi bagi lansia agar angka kesakitan dan kematian akibat Covid-19 terutama bagi kelompok lansia dapat ditekan.

"Memang ada banyak hambatan yang dihadapi lansia dalam mengakses pelayanan vaksinasi. Salah satunya kesulitan memahami teknologi informasi (TI) hingga masalah transportasi. Ini harus dicarikan jalan keluar," jelas Azis Syamsuddin. (*/jpnn) 

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler