jpnn.com - JAKARTA - Pemerintah mendapatkan utang baru melalui penerbitan global bond sebesar USD 2,2 miliar pada 17 Juni waktu New YorkIni adalah jumlah terbesar yang ditawarkan pemerintah dalam sekali penerbitan
BACA JUGA: Gozco Akuisisi 30 Ribu Hektare Lahan
Emisi dilakukan melalui tiga seri, yakni reopening Indo-14, Indo-18 dan Indo-38BACA JUGA: Empat Kontrak CBM Siap Teken
"Ini merupakan book-order terbesar selama ini dalam penawaran global bond Indonesia, dan lebih tinggi dari target indikatif USD 1.5 triliun," kata Dirjen Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto
Seri Indo-14 diterbitkan USD 300 juta, dengan harga 100,25 persen, dan yield 6,694 persen
BACA JUGA: Kredit Bank Asing Melambat
Sedangkan Indo-18 diterbitkan USD 900 juta, dengan harga 97,25 persen, dan imbal hasil 7,278 persenSedangkan penerbitan Indo-38 mencapai USD 1 miliar, dengan harga 95,50 persen dan yield 8,154 persen"Sambutan yang sangat besar investor didorong oleh credit story Indonesia yang baik dan fundamental ekonomi yg menguat dan kepercayaan yg tinggi pelaku pasar internasional terhadap RI, mekipun dalam keadaan sulit," kata Rahmat.
Dibanding dengan US Treasury, selisih imbal hasil ketiga seri tersebut masih cukup tinggi, yakni lebih dari 300 basis poinDeputi Gubernur BI Hartadi ASarwono mengatakan investor memang memiliki persepsi sendiri mengenai risiko
Namun ke depan, menurut dia, pemerintah harus meyakinkan pelaku pasar bahwa inflasi tahun depan akan menurunSehingga investor tidak perlu meminta imbal hasil obligasi negara terlalu tinggiKarena meskipun inflasi saat ini masih tinggi, namun akan berangsur-angur turun tahun depan.
"Inflasi akan menurun lagi di tahun depanTahun depan bisa turun sampai 6,5-7,5 persen," kata Hartadi
Anggota Komisi Keuangan dan Perbankan DPR Dradjad Hari Wibowo mengatakan penerbitan global bond kemarin makin menambah biaya utang pemerintah"Ini biayanya semakin lama akan semakin tinggi, sehingga menyulitkan BI menurunkan BI rate," katanya
Jika BI kesulitan menurunkan bunga, akan ada efek spiral sehingga inflasi makin sulit turunJika inflasi sulit turun, biaya untuk menutup defisit di 2009 akan semakin mahal"Harusnya DPR membatasi surat utang negara, internasional maupun yang berdenominasi rupiahKarena penerbitan surat utang negara ini sudah berlebihan," katanyaTahun depan, penerbitan obligasi negara gross bisa mencapai Rp 160 triliun.
Menurut Dradjad, jika penerbitan terlalu besar, pemerintah akan menghadapi kondisi pasar keuangan seperti di Argentina"Pada titik tertentu obligasi terlalu besarPasar tidak mau membeli dan saat itu akan kolaps," katanya(sof/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kartel SMS Rugikan Rp 2,8 Triliun
Redaktur : Tim Redaksi