jpnn.com, JAKARTA - SociopreneurID resmi menutup rangkaian ajang Empathy Project 2020 melalui tiga acara puncak yang dilaksanakan tiga hari sejak 4–6 Desember 2020.
Empathy Project merupakan wadah bagi para individu dengan latar belakang beragam untuk berkontribusi mewujudkan masa depan yang lebih baik.
BACA JUGA: SociopreneurID Tutup Expert dan Youth Volunteering Periode I dengan Penuh Kesan
Sejak tahun 2018, Empathy Project telah dilaksanakan sebanyak empat kali di berbagai lokasi di Indonesia.
Setiap penyelenggaraan Empathy Project setidaknya melibatkan 1000 siswa SD, 300 relawan, 250 orang tua dan guru, 250 komunitas dan masyarakat umum.
BACA JUGA: BCreator Bersama SociopreneurID, Setiap Orang Pada Dasarnya Kreatif
Tahun ini, Empathy Project tidak mungkin dilakukan seperti biasa dikarenakan pandemi Covid-19.
SociopreneurID tetap menjalankan Empathy Project 2020 secara daring dengan mengangkat tema 'A Small Act of Kindness'.
BACA JUGA: SociopreneurID Gelar Be A Creative Innovator di HelloMotion
Program ini mengajak siapa pun untuk mengambil peran dan menciptakan perubahan positif bagi lingkungan sekitar dimulai dari aksi kebaikan yang sederhana.
Rangkaian program pada Empathy Project 2020 telah dimulai sejak bulan Juni dengan kegiatan kerelawanan daring, webinar dan sharing session.
Untuk menutup Empathy Project 2020, SociopreneurID mengadakan serangkaian acara puncak yang dilaksanakan secara virtual, yakni: SIDTalk, Multi-Stakeholder Dialogue (MSD), dan Peluncuran Video Edukasi & Program Be the Change.
SIDTalk (4 Desember 2020) merupakan wadah berbagi inspirasi dari inisiator sosial tentang inisiatif yang didirikan.
Terdapat enam orang inisiator sosial yang hadir dalam acara tersebut yakni Sidik Eka Hermawan (inisiator Perpustakaan Terapung), Firli Herdiana (inisiator TheSpecial.id), Irnova Suryani (inisiator OtakAnak.id), Ade Putri Verlita Maharani (inisiator Rahim dan Janin), Aryo Dwi Harprayudi (inisiator Dreamdelion dan Ekspedisi 8), dan Westiani Agustin (inisiator Biyung.id).
Acara ini mengajak khalayak umum untuk turut berperan di masyarakat demi mengupayakan kehidupan yang lebih baik untuk semua orang.
“Terlepas dari kondisi apa pun saat ini, dari mana pun berasal, siapa pun, kita selalu bisa mengupayakan untuk berdampak positif bagi sekitarnya,” ujar Verlita.
Partisipan juga diajak untuk ikut dalam diskusi di acara MSD (5 Desember 2020).
Acara itu membuka ajang diskusi antarperwakilan sektor akademik, bisnis, pemerintahan, dan masyarakat umum dengan tujuan menghasilkan kolaborasi yang potensial untuk menciptakan solusi yang dapat diterapkan secara langsung.
MSD memiliki sub-tema “Developing Responsible through Entrepreneurial Literacy,” yang mengundang empat orang perwakilan masing-masing sektor: Eko N. Purnomo (perwakilan sektor akademik dari Tazkia IIBS), Ida Bagus Kade Syumanjaya (perwakilan sektor bisnis dari Elex Media Komputindo), Teguh Dwi Cahyanto (perwakilan sektor pemerintahan dari Balai Inkubator Teknologi), dan Anugraha Dezmercoledi (perwakilan sektor masyarakat umum dari Rajawali Foundation).
Sesi diskusi dipandu oleh Heru Wijayanto (Operations Manager SociopreneurID) dan melahirkan kesimpulan bahwa Entrepreneurial Literacy menjadi sebuah kebutuhan yang mampu mentransformasi masyarakat untuk dapat berdaya secara mandiri, menjadi pribadi yang mumpuni dan mampu memberikan dampak positif bagi sekitarnya.
Namun, masing-masing pihak tidak dapat bergerak sendiri.
Dibutuhkan dukungan dari seluruh pihak untuk dapat mewujudkannya.
Rangkaian acara ditutup dengan selebrasi aksi kerelawanan pada program Peluncuran Video Edukasi batch ke-2 (6 Desember 2020), yang menampilkan cerita, pemaknaan, dan nilai-nilai yang dipegang oleh para relawan setelah mengikuti program kerelawanan ini selama kurang lebih tiga bulan.
Acara ini dibagi ke dalam dua sesi. Sesi pertama mengundang tiga orang perwakilan relawan profesional diantaranya, Harry Pramono, Nariswari Yudianti, dan Noor Awanis Muslim.
Tidak hanya berbagai pengalaman selama menjadi relawan di Empathy Project, ketiga panelis mengajak keterlibatan lebih banyak lagi profesional untuk dapat menyalurkan bidang keahlian masing-masing untuk dapat menginspirasi generasi muda.
“Kindness is contagious, sekecil apa pun kebaikan yang kita lakukan, pasti akan bergulir dan kembali lagi ke kita,” kata Nariswari.
Diskusi dilanjutkan pada sesi ke dua dengan mengundang empat orang perwakilan relawan muda diantaranya Dio Novrianto Salaam, Attiyah Sabita, Niken Rahadiani Maheswari, dan Melinda Deviana.
Di sesi ini, keempat panelis sepakat bahwa semangat kebaikan tidak boleh berhenti sampai di sini.
“Semangat kebaikan ini sebaiknya dapat dilanjutkan, walaupun periode program telah berakhir,” ujar Dio.
Program kerelawanan di Empathy Project telah melibatkan sekitar 221 orang relawan profesional dan relawan muda dari berbagai tempat yang telah berkolaborasi sekitar 12.192 jam untuk menghasilkan lebih dari 40 video edukasi yang ditujukan untuk anak-anak, remaja, orang tua, guru, dan masyarakat umum yang membutuhkan media belajar daring.
Konten-konten tersebut dapat diakses secara gratis melalui https://sidlab.id/konten-edukasi/.
Acara ditutup dengan peluncuran program unggulan baru SociopreneurID untuk tahun 2021 yang bernama Be the Change.
Program ini dibentuk berdasarkan pengalaman SociopreneurID selama tujuh tahun merancang dan mengeksekusi berbagai program pendidikan untuk seluruh level di Indonesia.
Terdiri dari dua aktivitas utama yaitu I-S/he Challenge dan Unsung Heroes Award, Be the Change akan resmi dibuka pada bulan Januari 2021 dan direncanakan berlangsung sepanjang tahun. (*/adk/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adek