jpnn.com, JAKARTA - Pelaksana Harian Kapusdatin dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo menyebut musim kemarau masih berlangsung hingga September 2019.
Temuan musim kemarau itu membuat enam provinsi di Indonesia menghadapi bencana kekeringan.
BACA JUGA: 15 Wilayah Ini Status Siaga Kekeringan
"Kekeringan yang masuk laporan ke kami itu dari Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Yogya, Bali, NTB, dan NTT," kata Agus dalam keterangan resminya di kantor BNPB, Cawang, Jakarta Timur, Rabu (31/7).
BACA JUGA: Usut Kasus Pengadaan Sapi Bali, Kejati Riau Periksa Dua Pegawai Dinas PKH
BACA JUGA: Semoga Pemda Baca, di Wilayah Ini Warga Rebutan Air Bersih untuk Hidup
Menurut Agus, BNPB bersama pihak terkait telah melakukan upaya seperti penyaluran air bersih ke beberapa desa yang terdampak parah bencana kekeringan. Dalam catatan BNPB, terdapat 2347 desa yang mengalami dampak kekeringan parah.
"Kekeringan sudah ada usaha water boombing. Sudah ada upaya droping air ke beberapa daerah terdampak kekeringan," ungkap dia.
BACA JUGA: Belum Ada Info soal Korban Jiwa Akibat Erupsi Tangkuban Parahu
Ke depan, kata dia, BNPB bersama BMKG bakal mengupayakan operasi untuk rekayasa cuaca. Terutama untuk menghadirkan hujan di daerah terdampak kekeringan parah.
BACA JUGA: Agustus, Kondisi Cuaca akan Lebih Kering, Satgas Karhutla Diminta Waspada
"Jadi BNPB dan BMKG untuk menciptakan operasi utk rekayasa cuaca. Pesawat tinggal mendapatkan perizinan dari TNI," ucap dia.
Menurut dia, BNPB bersama BMKG telah menyiapkan dua posko untuk membuat rekayasa cuaca yakni di Halim, Jakarta Timur serta Kupang, NTT.
"Halim untuk operasi (rekayasa cuaca) di Jawa, kalau Kupang untuk wilayah NTT dan NTB," ungkap dia.(mg10/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Laporan Terbaru BNPB soal Kondisi Sekitar Tangkuban Parahu
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan