Engkau Lenyap dalam Angka

Senin, 15 Juni 2009 – 22:07 WIB

Engkaulah yang menentukan siapa presiden-wakil presiden terpilihEngkau menjadi penting, dan karena itulah berbagai lembaga polling mendatangimu dengan seperangkat metode ilmiah

BACA JUGA: Ingat Boss, Lupa Grotius

Engkau menjadi sample penelitian dan lalu dihimpun dalam data, angka-angka dan persentase
Kemudian,  dianalisis, dan disimpulkan

BACA JUGA: Kritik YES, Harmonis NO



Hanya begitu, sayangku
Yang datang kepadamu tak lagi memerlukan berdialog denganmu, meski mungkin hasil penelitian itu membuat engkau, dan teman-temanmu para responden yang menyebar secara acak di seluruh Tanah Air terasing dari masalahmu

BACA JUGA: Tanjidor, Sampah dan Menara Gading

Konon,  inilah yang disebut dengan mazhab penelitian social positivisme

Mazhab ini menempatkan engkau, wahai rakyat, sebagai informasi netral bagai obyek sehingga muncul data-data mentah yang dirumuskan dalam sebuah rekayasa yang ilmiahDisadari atau tidak, telah mengakibatkanmu kian jauh dari problemmu yang sejatiSosokmu tereduksi menjadi angka-angka mati dan lenyap dalam statistik

Syahdan, mazhab ilmu sosial kritis tak menempatkanmu sebagai obyek semataMereka berdialog denganmu sehingga tersibak masalahmu yang tulenMazhab ini meyakini engkau, dan kalian semua sebagai subyek yang bisa mengubah nasibmuEngkau adalah subyek dari sejarah dan perubahanAliran ini nekad tak netral karena menyadari perlunya keberpihakan kepadamu

Metode ini sudah lama berkumandang melalui Frankfurt Institute for Social Research, seperti ditegaskan oleh Jay (1973) dan Anderson (1976)Kelompok ini berikhtiar agar engkau mengetahui duniamu dengan cara terlibat langsung dalam penelitian dan bukan sekedar sample belakaBahkan telah dirumuskan oleh Donald AComstock dari Department of Sociology Washington Statate University dalam esainya berjudul A Method for Critical Research Investigating the World (1980). 

Mazhab positivisme sebaliknya meraih data secara empirik di lapangan adalah deskripsi tentang perilaku sosial dan nilai individual, setidaknya menurut Taylor (1971)Data disebut obyektif jika sudah diuji oleh model teori yang ada namun tetap bebas nilaiNetral. 

Padalah, menurut Habermas, netral sesungguhnya mengandung nilai-nilai juga.  Antara fakta dan nilai dipisahkan, sehingga ada sejenis ekspresionisme yang merumuskan engkau sebagai benda, seperti pelukis ekspresionis kepada obyeknyaBukan lukisan itu yang “berbicara” tapi si pelukislah yang “berbicara” kepada penikmat dengan mengeksplorasi si obyek

Sebaliknya mazhab kritis mempelajari aksi manusia, bukan perilaku dan melihat dunia sosial diciptakan oleh manusiaKelompok ini tak mempercayai prediksi, yang walaupun diatur-atur secanggih apapun, kerap melakukan kesalahan, seperti dikatakan oleh Taylor (1972)

Mazhab kritis bahkan nekad bergabung denganmu yang kurang beruntung untuk melakukan perubahanJika perlu dengan cara radikalMemang, ini perkara politik, dan biasanya mazhab ini bekerjasama dengan partai politik, yang menghendaki perubahan dan bukannya mempertahankan kemapanan dan status quoAdakah parpol macam itu, di sini, aku tak tahu

                                                      ***
Pada mulanya ada masalahKatakanlah, siapa Capres-Cawapres yang engkau kehendakiNah, ketika peneliti mendatangimu, mereka cuma bertanya ini dan itu yang telah dirumuskanTetapi tanpa dialog, sehingga engkau tidak mengerti dengan jelas apa masalahmuPadahal, semestinya semua masalah itu dirumuskan lebih dulu, dan engkau setuju, dan memang itulah masalahmu

Jika bertanya langsung sesuai yang telah dirumuskan oleh peneliti, biasanya akan terpeleset kepada satu system dan kondisi sosial yang walaupun menekan secara ideologi tapi karena sudah terbiasa sangat lama, sehingga menjadi dekanden, dan engkau menganggapnya sebagai bukan persoalan lagiBegitulah, menurut Gidden.  Misalnya, paternalisme dan feodalisme yang sudah berurat berakar tak lagi engkau rasakan rakyat sebagai sesuatu yang harus diubah, sehingga demokrasi dan emansipasi malah terasa asing

Peneliti mestinya lebih dulu menjelaskannya kepadamu, sehingga engkau paham apa yang dimaksud dengan perubahanPeneliti menjadi pemain? Apa sih salahnya? Para peneliti tinggal memilih, ia berada di kutub yang mana? Mendukung perubahan atau tidak sama sekali? Ilmu memang hanya alat, bagai pisau pengiris bawang sebagai metaphorAdorno (1970) malah berpendapat bahwa tugas ilmuwan kritis adalah melawan semua bentuk penindasan cara berpikir baik oleh individu, atau rezim yang berkuasa dan yang bernafsu hendak berkuasa

Mengapa engkau harus terlibat aktif dalam survey? Tak lain agar bisa secara bening melihat persoalanmu serta situasi sosial yang menekanmuPada gilirannya, engkau pun terbayang cara menyelesaikannyaKarena itulah isu yang diungkap harus berasal darimuBukan oleh peneliti yang kadang sudah dicekoki oleh berbagai teori yang bersarang di benak dan bertolak dari kajian literature yang tak selalu sejalan dengan realitas sisal politik masyarakat

Peneliti harus berperan menjadi mitramu“Masyarakat tak boleh hanya berperan  sebagai penerima ide, tapi mereka adalah subyek yang menerbitkan ide, karena merekalah yang paling paham tentang realitas sosial, politik, histories dan budaya, dan karena rakyat harus diajak memahami bagaimana relitas itu diubah,” kata Paulo Friere (1970)Beranikah peneliti social kita terjun langsung ke tengah-tengah masyarakat untuk secara bersama-sama merumuskan apa masalah rakyat, dan selanjutnya merumuskan aksi dan mengorganisasikannya?

Yang kerap terjadi, para peneliti hanya datang sekelabatan menemuimu, menanyaimu dengan pertanyaan yang telah tersusun dan kemudian meninggalkanmu, persis seperti apa yang dilakukan Capres-CawapresBelakangan, mereka menyajikannya sebagai hasil penelitian di depan wartawan dan televisi

Barangkali, peneliti yang mau bunuh diri kelas, turun dari menara gading dan terjun menemuimu bersama khalayak ramai untuk mengusung perubahan, bak menunggu Godot yang tak pernah datangEngkau kesepian dalam penungguan, sementara yang ditunggu tidak tahu ada yang menungguAbsurd! **

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rasanya SBY-Boediono akan Menang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler