jpnn.com, JAKARTA - Kepala Kantor Staf Presiden atau KSP Moeldoko tidak mau menyalahkan mekanisme rekruitmen calon taruna Akademi Militer (Catar Akmil) TNI, dengan lolosnya Enzo Zenz Allie (18) yang dikaitkan dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Moeldoko menyatakan bahwa dugaan proses rekruitmen itu merupakan domainnya TNI yang memiliki mekanisme untuk menyeleksi seseorang menjadi prajurit militer. Kasus seperti Enzo ini pun menurutnya memang bisa terjadi.
BACA JUGA: Istana Sudah Terima Laporan Kisruh KCN Vs KBN di Pelabuhan Marunda
"Memang bisa terjadi, tapi istilahnya bukan kecolongan. Artinya, bahwa sesuatu itu undetected. Tetapi ingat, di TNI itu penilaiannya terus-menerus, sangat ketat. Pasti akan ketahuan nanti kalau muncul penyimpangan perilaku," ucap Moeldoko di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (12/8).
BACA JUGA: Enzo, Yatim Keturunan Prancis yang Lancar Baca Alquran Itu Lulus jadi Taruna Akmil, Lihat Videonya
BACA JUGA: Terkait SKT FPI, PA 212 Sebut Sikap Moeldoko Lucu
Dengan munculnya berbagai informasi yang viral di media sosial, hal itu juga memungkinkan bagi TNI secara institusi melakukan pemeriksaan ulang terhadap catar keturunan Prancis itu.
"Mungkin. Saya belum koordinasi lagi sama panglima TNI. Saya akan sampaikan ke Panglima agar diwaspadai lagi," jelas mantan Panglima TNI itu.
BACA JUGA: Soal Enzo Allie, Momentum Bagi Jokowi Pilih Figur yang Tepat
Moeldoko juga meminta adanya data bahwa tiga persen anggota TNI terpapar radikalisme dievaluasi kembali. Dia pun meyakini akan ada kebijakan di internal TNI untuk mengevaluasi hal itu. Termasuk kemungkinan pengaruh lingkungan.
"TNI pasti evaluasi. Sebagai feedback yang bagus TNI pasti lihat itu, karena dalam teori pimpinan personel ada itu. Tour of area dan tour of duty. Tour of area itu seseorang taruh di mana, selesai sekolah taruh di mana lagi. Kalau tour of duty itu menjabat berapa lama, enggak boleh terlalu lama," jelas Moeldoko. (fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Enzo Disebut Terpapar Radikalisme, Menhan Bereaksi Keras
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam