jpnn.com, SURABAYA - Mendengar kata epilepsi atau ayan, seolah akan mengingatkan seseorang pada penyakit kejang mendadak. Tak heran, penderitanya akan merasa dikucilkan oleh masyarakat, karena takut tertular. Padahal, stigma itu salah besar. Hal tersebut dikatakan dr. Heri Subianto, Sp.BS dokter Spesialis Bedah Saraf dari SNeI National Hospital.
“Selama ini, pasien maupun keluarganya merasa malu karena menderita penyakit ini. Mereka menganggap epilepsi sebagai gangguan mental. Padahal, lebih dikarenakan adanya konslet di otak. Jika bagian yang konslet tersebut disembuhkan, tentu penyakit tersebut bisa disembuhkan atau setidaknya mengurangi intensitas kejangnya. Ini bergantung pada jenis epilepsi yang diderita,” tuturnya.
BACA JUGA: Badan Lemas? Yuk Lakukan 4 Olahraga ini
Jenis General Epilepsi memiliki tingkat kesembuhan tidak besar. Tapi dengan terapi, bisa mengurangi frekuensi kejang. Fokal Epilepsi memiliki tingkat harapan sembuh 60-80 persen lebih baik daripada jenis pertama. Selanjutnya Temporal Epilepsi, melalui terapi obat dan operasi, pasien memiliki tingkat kesembuhan 70-80 persen bisa bebas dari kejang.
Ditambahkan oleh dr. Neimy Novitasari, Sp.S dokter Spesialis Saraf di Comprehensive Epilepsi Center National Hospital bahwa “Kami berusaha menangani pasien secara komperehensif. Yaitu dari mulai awal kejang kita lakukan penelusuran riwayat kejang , faktor pencetus, pemeriksaan saraf secara intensif. Untuk mengevaluasi kejang kita memerlukan alat yang disebut ictal video EEG.” (JPNN/pda)
BACA JUGA: 8 Penyakit tak Dibiayai BPJS Kesehatan Masih Wacana
BACA JUGA: Kurnia Meiga Absen Hingga Akhir Musim, Sakit Apa?
BACA ARTIKEL LAINNYA... Usir Penyakit, 5 Makanan ini Tingkatkan Sistem Imun Tubuh
Redaktur : Panji
Reporter : Tim Redaksi