Eranya Para Sheikh

Kamis, 29 Desember 2011 – 13:33 WIB

PARIS - Tren konglomerat Asia, terutama Timur Tengah merambah sepak bola Eropa terus berlanjutMereka datang membawa ambisi besar dan dana banyak

BACA JUGA: Sumsel Siap Jadi Tuan Rumah KLB

Drama selama bursa transfer selalu melibatkan konglomerat Timur Tengah di belakangnya.

Lihat saja pada bursa transfer awal musim ini, dua besar tim terboros selama bursa transfer dibuka adalah Manchester City dan Paris Saint Germain (PSG)
Di belakang City ada Sheikh Mansour dan di belakang PSG ada Qatar Investment Authority.

Ya, pada awal musim ini City menjadi yang terboros dengan menghabiskan sekitar 94,5 juta euro atau setara Rp 1,11 triliun

BACA JUGA: Suarez Kena Skors Tambahan

Mereka membeli pemain seperti Sergio Aguero dan Samir Nasri
PSG menghabiskan 89 juta euro atau setara Rp 1,04 triliun.

Pada bursa transfer tengah musim yang akan dibuka tiga hari lagi, tim kaya baru seperti City dan PSG kembali diyakini akan membuat gebrakan di bursa transfer

BACA JUGA: Persik Cemaskan Jadwal

City masih adem ayem, tapi PSG sudah menunjukkan gelagat akan gila-gilaan.

Berbeda dengan invasi investor Amerika Serikat yang pernah melanda Premier League, seperti Malcolm Glazer di Manchester United mulai 2005, George Gillett dan Tom Hicks di Liverpool mulai 2007, sebelum diambil alih John WHenry pada 2010 lalu.

Bila para investor Amerika sibuk mencari keuntungan, maka para Sheikh dari Timur Tengah berbedaMereka hanya mencari kejayaan dan bukan mencari keuntungan bisnisMakanya, mereka gila-gilaan dalam menggelontorkan uangnya.

"Saya pikir Sheikh Mansour hanya ingin sebuah mainan ketika dia membeli Manchester City," bilang Aurelio De Laurentiis, presiden Napoli seperti dilansir Football Italia.

Tren pembelian klub oleh pemilik asing baru berlangsung dalam dua dekade terakhirDi Inggris, para investor asing menyerbu setelah Liga Inggris tampil dengan kemasan Premier League pada 1993Sejak itu, satu persatu klub Inggris jadi incaran.

Mulai dari pengusaha asal Skandinavia, Eropa Timur, Amerika, hingga belakang Asia, terutama Timur Tengah, menggebrak"Para investor dari Asia sekarang berebut terlibatBenar-benar terjadi lonjakan deal yang besar," kata Raj Athwal, Head of Corporate klub kasta kedua Watford, seperti dikutip Daily Mail.

Mohamed Al Fayed dianggap sebagai pionir pebisnis non-Eropa yang merambah InggrisDia kelahiran Mesir dan membeli Fulham pada 1997Ternyata, konglomerat Asia, yakni Sam Hamman, asal Lebanon, sudah lebih dulu pada 1977 dengan menjadi presiden Wimbledon FCDia melepas sahamnya di sana pada 200 lalu.

Kalau saja beberapa deal tercapai pada awal musim lalu, sepak bola Eropa benar-benar diramaikan konglomerat AsiaSaat itu, pengusahan India Mukesh Ambani ingin membeli Liverpool dan adiknya Anil Ambani ingin mengakuisisi Newcastle UnitedTapi, gagal.

Inggris memang menjadi tujuan utama, tapi liga lainnya juga menjadi bidikanDi Liga Primera, konglomerat asal Qatar Sheikh Abdullah Al Thani mengakuisisi Malaga dan kemudian Royal Emirates Grup mengambil alih Getafe

Bahkan, pada awal musim lalu, Malaga telah menunjukkan diri sebagai klub kaya baru dengan mengeluarkan 52 juta euro atau setara Rp 613 miliar untuk membeli pemain bintang seperti J鲩my Toulalan, Santi Cazorla, dan Martí® Demichelis(ham)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Inzaghi Ikut TC ke Dubai


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler