jpnn.com, JAKARTA - Bincang Ramadan virtual dengan KH Abdullah Gymnastiar atau akrab disapa Aa Gym menjadi ajang curhat Menteri Erick Thohir. Erick bahkan buka-bukaan tentang kondisi BUMN yang semrawut.
"Siapapun tidak akan bisa mengelola dan menjaga 142 perusahaan dengan anak cucunya 800 kalau tidak membangun tim yang baik. Makanya saya tempatkan komisaris utama dan direktur utama yang punya track record kejujuran," kata Erick.
BACA JUGA: Aa Gym: Kemuliaan Erick Thohir Tidak Bisa Dihina oleh Netizen
Dia mencontohkan mantan Gubernur Bank Indonesia Agus Marto dan Chandra Hamzah adalah dua dari banyak figur yang mau membantunya membenahi BUMN. Kepada tokoh-tokoh yang bersedia terjun langsung memperbaiki sistem di BUMN, Erick selalu menekankan tiga hal.
Pertama, kembalikan fungsi BUMN untuk memberikan manfaat rakyat dan bangsa, bukan pribadi. Itu sebabnya sistem harus diperbaiki.
BACA JUGA: Wanita ini Beber 7 Fakta Mengenai Pernyataan Laurens Tentang Syahrini
"Contoh kecil saja ya Aa. Bonus boleh, gaji boleh, itu hak apalagi sudah kerja. Namun, cara mendapatkannya harus benar. Bukan bukunya minus dijadikan untung. Bukan subsidi pemerintah dijadikan keuntungan. Subsidi kan buat buat rakyat bukan dijadikan keuntungan," tutur Erick.
Aa Gym sempat terkejut mendengar perkataan Erick. "Waduh, memangnya ada yang main kadal-kadalan?."
BACA JUGA: 8 Manfaat Minum Air Hangat Setelah Bangun Tidur
Erick menjawab singkat, "Beberapa kali banyak Aa, buku-buku itu diatur."
Kedua, lanjut Erick, harus fokus ke bisnis utama. Tidak boleh semuanya mau. BUMN ini besar sekali, negara-negara tetangga juga punya. Jadi persaingan BUMN bukan hanya dalam negeri tetapi global.
"Mohon maaf saya bukannya mau menyudutkan para direksi tetapi saya contohkan Wika yang bisnisnya infrastruktur, masa ada bisnis motor. Pertamina yang masih punya masalah dengan impor minyak kenapa kelola bisnis hotel dan rumah sakit. Yang tugas utama saja belum benar, sudah lirik yang lain. Kalau ingin BUMN maju, bidang bisnisnya harus dipersempit dan fokus saja ke bisnis utama," bebernya.
Ketiga, kata Erick, teknologi dan riset harus dibangun tetapi bangunnya tidak seperti menara gading. BUMN tidak usah ribet urus riset. BUMN cukup bekerja sama dengan perguruan tinggi.
"Dorong pengembangan riset di perguruan tinggi. Biarkan mereka (perguruan tinggi) yang melakukan riset dan dorong agar hasil risetnya bisa dikomersialisasikan," tegasnya.
Langkah ini menurut Erick mendapatkan tantangan dari segelintir pihak yang menolak perubahan. Namun, Erick mengaku tidak akan surut langkahnya membenahi BUMN meski harus berhadapan dengan banyaknya pembusukan.(esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad