jpnn.com - Perusahaan rintisan asal Inggris bersama mantan bos desain Jaguar-Land Rover Ian Callum mengembangkan teknologi baterai mobil listrik yang revolusioner.
Teknologi ciptaan mereka itu diberi nama Nyobolt, yang diklaim memungkinkan pengisian daya lebih cepat hanya dalam hitungan menit.
BACA JUGA: Produsen Teknologi Ini Akan Kenalkan Mobil Listrik, Bisa Isi Daya Cuma 6 Menit
Teknologi baterai baru itu sedang dalam pengembangan di sebuah mobil konsep sporty.
Mobil tersebut memiliki lampu depan LED, kaca spion kamera, diffuser yang ramping, dan elemen lain yang berkontribusi pada efisiensi aerodinamika.
BACA JUGA: Investasi Proyek Baru, Wuling Melokalisasi Baterai Mobil Listrik di Indonesia
Tidak seperti mobil listrik yang ada sekarang menggunakan baterai lithium-ion.
EV Nyobolt menggunakan baterai anoda tungsten yang memungkinkan pengisian cepat.
BACA JUGA: BYD Siap Bangun Pabrik Baterai Mobil Listrik, Nilai Investasinya Enggak Main-Main
Sel-sel baterai tersebut diklaim dapat bertahan sekitar 2000 siklus pengisian daya dan potensi masa pakai baterai lebih dari 480.000 km.
Baterai 35kWh yang ringan dikatakan memungkinkan tingkat pengisian ulang 10C, yang berarti bahwa sel dapat mengisi daya 10 kali lipat dari kapasitas yang dinyatakan dalam Amp hours.
Teknologi baterai 35kWh itu dapat memberikan jarak tempuh maksimum 250 km dan dapat diisi ulang dari keadaan kosong dalam waktu kurang dari enam menit.
Sebagai perbandingan, Kia EV6 yang mampu mengisi daya 35kW dalam enam menit hanya dapat menempuh jarak sekitar 120 km.
Start-up Inggris mendapatkan dana 50 juta euro atau sekitar Rp 820 miliar tahun lalu untuk mendirikan pabrik pembuatan baterai.
Perusahaan rintisan itu merencanakan teknologi baterai uniknya akan masuk produksi pada awal 2024.
Nyobolt EV diklaim mengkonsumsi energi pada tingkat 14.3kWh/100km (mirip dengan Tesla, di ujung rentang mobil listrik yang lebih hemat). (drive/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Baterai Mobil Listrik Wuling Diklaim Tahan Air dan Gampang Dicas
Redaktur & Reporter : M. Rasyid Ridha