jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR RI Eva Yuliana meminta tim gabungan independen pencari fakta (TGIPF) maupun Polri melakukan investigasi menyeluruh terhadap Tragedi Kanjuruhan di Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Eva menyebut insiden di Stadion Kanjuruhan bukan hanya tragedi bagi sepak bola Indonesia, tetapi peristiwa menyedihkan bagi bangsa ini.
BACA JUGA: Tragedi Kanjuruhan, Fadli Zon Sentil Polisi soal Penggunaan Gas Air Mata
"Kejadian ini seperti perfect storm, dari fan, pengamanan, panitia pelaksana, operator liga, federasi, pihak TV, semua memiliki andil dalam insiden yang memilukan ini," kata Eva Yuliana dalam keterangan tertulis, Kamis (6/10).
Oleh karena itu, pimpinan Fraksi NasDem DPR RI itu meminta pemerintah bergerak cepat dalam mengusut tuntas akar masalah dari peristiwa tersebut.
BACA JUGA: Pintu 13 Stadion Kanjuruhan Sudah Seperti Kuburan Aremania, Eko Menangis
Data resmi kepolisian menyebut korban meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan berjumlah 131 orang, termasuk dua anggota Polri.
"Saya meminta kepada tim yang dibentuk oleh pemerintah segera melakukan investigasi dan penyelidikan secara menyeluruh, cepat, dan bisa diumumkan kepada publik," tutur Eva.
BACA JUGA: Detik-Detik Tragedi Kanjuruhan, Dahlan Iskan: Ini Bukan Aremania Lawan Bonek
Anggota komisi bidang hukum itu menyebut penyelidikan tragedi itu harus dimulai dari hulu sampai ke hilir, supaya diketahui akar masalahnya.
Menurut informasi yang diterimanya, pihak Polres Malang sudah merekomendasikan perubahan jadwal pertandingan dari malam menjadi sore hari karena tingginya rivalitas antara Arema dan Persebaya.
"Namun, rekomendasi tersebut tidak terlaksana," ucap legislator asal Solo itu.
Eva meminta semua fakta sebelum dan sesudah insiden tersebut harus digali TGIPF dan Polri agar temuan yang diperoleh dapat memenuhi rasa keadilan bagi keluarga korban.
"Juga bisa memberikan rekomendasi tentang safety procedure dalam pertandingan sepak bola ke depannya," ucap Eva.
Eva pun mengajak semua pihak melakukan introspeksi atas Tragedi Kanjuruhan yang membuat banyak anak muda kehilangan masa depan, termasuk anak-anak menjadi yatim piatu.
"Banyak anak-anak yang kehilangan orang tuanya. Ini tragedi besar. Kita harus belajar agar peristiwa seperti ini tidak terulang kembali," kata Eva Yuliana. (fat/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam