JAKARTA -- Persoalan minimnya peralatan menjadi kendala utama evakuasi korban gempa yang melanda kawasan Sumatera Barat (Sumbar)Farid Faqih, relawan yang biasa terjun langsung ke lokasi bencana, mengatakan, minimnya peralatan evakuasi menyebabkan banyak korban yang tidak bisa terselamatkan
BACA JUGA: TNI Evakuasi Korban Bermodal Semangat
Farid yang pernah terlibat dalam evakuasi saat terjadi tsunami Aceh itu mengatakan, saat ini di wilayah Sumbar dibutuhkan sejumah gergaji beton agar memudahkan evakuasi korban yang terjepit di reruntuhan bangunan
BACA JUGA: Besok Pagi, Kapal Gratis Pelni Berangkat ke Padang
Anjing pelacak pun harus dibantu Arab Saudi," ujarnya dalam diskusi di Warung Daun, Pakubuwono, Jakarta, Sabtu (3/10)Yang lebih dibutuhkan lagi, kata aktifis LSM itu, adalah helikopter jenis Chinook
BACA JUGA: Kisah Evakuasi di LB GAMA
Alasannya, bedasarkan pengalaman saat gempa-tsunami di Aceh, hanya helikopter type tersebut yang mampu menjangkau daerah-daerah sulit"Heli Chinnok itu diperlukan untuk melakukan mapping daerah mana sana yang perlu segera dievakuasiTapi hingga hari ketiga ini, belum ada heli Chinook yang datang untuk melakukan mapping korban ," kata Farid.Dia mengatakan, kesiapan tanggap bencana di tanah air sangat jauh tertinggal di banding di AS misalnyaDi sana, tim penanggulangan bencana sudah menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses evakuasi, sampai hal-hal yang dianggap sepele, misalnya pakuBahkan, ketua badan penanggulangan bencana di AS diberi kewenangan yang sangat besar"Dia bisa memerintahkan tentara untuk terjun ke lokasi yang dilanda bencana," ujarnya.
Farid mengatakan, bila Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BPBN) sudah punya sistem yang mapan, maka tidak perlu misalnya presiden dan wapres harus menggelar rapat koordinasi sesaat setelah terjadi gempa"Mestinya, kalau sistemnya sudah mapan, badan itu bisa langsung bergerak, tak perlu ada rapat-rapat," ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, dengan data-data yang disediakan Badan Meteorologi Kilmatologi dan Geofisika (BMKG), seharusnya pemerintah bisa membuat perencanaan yang matang guna meminimalkan korban gempa, termasuk dalam merancang penataan kotaKejadian gempa yang beruntun dari satu daerah ke daerah lain, mestinya dijadikan pelajaran bagi pemerintah
"Tsunami di Aceh, gempa di Jogya, di Jawa Barat, 2007 di Padang, 2009 di Padang lagiKita tidak bisa ngapa-ngapain (bila pemerintah tak punya perencanaan yang matang, red) bila tahun 2012 Jakarta kenaBayangkan, gergaji beton saja kita tidak punya," ujarnya memberi peringatan.
Dr Fauzi, Kepala Bidang Seismologi Teknik dan Tsunami BMKG, mengungkapkan, sebenarnya BMKG sudah membuat zonasi daerah-daerah yang rawan gempa, terbagi dalam enam zonasi, dari yang 'sangat aktif' hingga terakhir yang 'kurang aktif.' "Jadi, penataan kota juga ada ilmunya, yang disesuikan dengan klasifikasi zonasi ituPembangunan perumahan dan gedung-gedung bertingkat harus sesuai dengan kondisi alam masing-masing daerah," terang Fauzi, yang juga hadir di diskusi itu(sam/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Munas Golkar Minus Sumbar ?
Redaktur : Tim Redaksi