jpnn.com - JAKARTA - Kampanye hitam jelang hari pemungutan suara Pemilihan Presiden (Pilres) 9 Juli mendatang kian kencang. Terakhir adalah fitnah yang mengaitkan capres Jokowi Widodo (Jokowi) dan partai pengusungya, PDIP sebagai reinkarnasi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Tudingan tersebut dianggap, pengamat politik Fadjroel Rachman, sebagai upaya untuk meredam laju capres Jokowi. Isu itu, kata dia, adalah lanjutan dari isu sebelumnya yang tidak menggoyahkan posisi Jokowi-JK. Sebelumnya, Jokowi juga diterpa kampanye kristenisasi, keturunan Cina, Jokowi bukan Muslim.
BACA JUGA: Anis: PKS Gagal Mendidik Fahri Hamzah
"Labelisasi PKI atau komunis itu efektif mematikan seseorang di era Orde Baru maka kini dihidupkan lagi oleh sisa-sisa Orde Baru," kata Fadjroel, Jumat (4/7).
Isu komunis ini, kata dia, sangat gencar dilancarkan penguasa di masa orde baru. Di masa itu, orang yang mendapat label PKI akan mendapat perilaku diskriminatif.
BACA JUGA: Polri Panggil Saksi Diduga Penyandang Dana Obor Rakyat
Perilaku diskriminatif itu di antaranya tidak mendapatkan hak mendapatkan kredit di bank, hak memperoleh pendidikan, hak mendapatkan pekerjaan, hak menjadi tentara/polisi, selain sangat mungkin juga kehilangan
Fadjroel juga mengungkapkan, tuduhan tersebut bisa diartikan sebagai sinyal bahwa Jokowi bisa kehilangan hak perdata dengan tidak bisa dicalonkan sebagai presiden, bahkan kehilangan nyawa.
BACA JUGA: Pemred Obor Rakyat Tersangka, Jokowi Puji Polri
Ia juga mengungkapkan Tim Hukum Jokowi-JK sebaiknya mempertimbangkan secara serius untuk membawa fitnah tersebut ke jalur hukum. Itu karena fitnah yang dituduhkan kepada Jokowi dan PDIP dinilai sudah sangat keki.
"Ini fitnah keji maka harus ditempuh melalui jalur hukum sebagai pembelajaran publik," tegas Fadjroel. (abu/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hari Santri Bisa Memecah Belah Umat Islam
Redaktur : Tim Redaksi