Faisal Basri, Analisis Ekonominya Setajam Keris Raja-Raja Jawa

Jumat, 06 September 2024 – 08:20 WIB
Faisal Basri bersama Effendi Gazali dan Abraham Samad saat memberikan dukungan untuk Dahlan Iskan yang ketika itu dia sedang menjalani sidang kasus dugaan korupsi. Foto: dok.Disway

jpnn.com - Kepergian ekonom senior Faisal Basri yang meninggal dunia pada Kamis (5/9/2024) dini hari mengejutkan banyak pihak.

Kolumnis kondang Dahlan Iskan menyebut Kamis kemarin itu sebenarnya Faisal Basri punya jadwal ke pengadilan negeri Jakarta bersama tokoh pers Bambang Harymurti.

BACA JUGA: Profil Faisal Basri, Ekonom Vokal Pernah Jadi Sekjen PAN, Pengorek Kasus Petral

"Dua orang itu akan menjadi saksi ahli perkara PK yang diajukan ahli keuangan Lin Che Wei," kata Dahlan Iskan dikutip dari esainya berjudul Faisal Basri, Disway edisi Jumat (6/9/2024).

"Di hari yang sama Faisal ternyata harus ke pemakaman Menteng Pulo, Tebet, Jakarta: ahli ekonomi itu meninggal dunia Kamis subuh kemarin. Dia dimakamkan di situ," lanjut Dahlan.

BACA JUGA: Nasib Kasat Narkoba Polresta Barelang Kompol Satria Nanda yang Terjerat Narkotika, PTDH!

Menurut Dahlan, Faisal sebenarnya sering tidak sejalan dengan Lin Che Wei, tetapi Faisal mengatakan bahwa Che Wei tidak bersalah. Dia mau jadi saksi untuk itu.

"Che Wei dijadikan tersangka soal perdagangan minyak goreng. Dia seperti menjadi tumbal heboh nasional kenaikan harga minyak goreng dua tahun lalu," tutur Dahlan.

BACA JUGA: Tolak Pendaftaran Masinton-Mahmud, KPUD Tapteng Dituding Melakukan Pembegalan

Che Wei sebelumnya dijatuhi hukuman satu tahun penjara. Dia naik banding ke pengadilan tinggi. Tetap dihukum satu tahun penjara.

Lalu, Che Wei mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Di MA, hukumannya justru dinaikkan menjadi tujuh tahun.

Che Wei pun mengajukan PK. Bambang Harimurti, mantan pemred TEMPO dan Faisal Basri mendukung Che Wei.

Karena itu, Bambang kaget ketika Kamis pagi kemarin menerima kabar Faisal meninggal dunia. Akhirnya Bambang berangkat sendiri ke pengadilan.

Selesai bersidang dia langsung ke makam, menjadi orang pertama yang tiba di makam.

"Di mata Bambang –pun di mata siapa saja– Faisal itu istimewa. Ibarat partai hanya dia yang tabah menjadi oposisi seumur hidupnya. Oposisi terhadap pemerintah," tulisan Dahlan.

Faisal dikenal sebagai sosok yang selalu kritis pada kebijakan ekonomi negara. Utamanya, belakangan, soal penambangan nikel.

Faisal hampir tidak pernah mengenakan sepatu. Alas kakinya selalu saja sandal-sepatu.

Dia juga tidak pernah membawa tas. Ke mana-mana Faisal mamanggul ransel.

"Faisal adalah ahli ekonomi kelas satu dengan penampilan kelas ekonomi," ucap Dahlan.

Dia bahkan mengungkap bahwa Faisal pernah mengembalikan uang ratusan juta rupiah ke salah satu BUMN.

Sebenarnya itu uang honorarium atas jasa pemikirannya. Namun, dia merasa nilainya berlebihan.

"Dia merasa ada maksud tersembunyi di balik uang itu: agar tidak terlalu kritis pada BUMN tersebut," kata Dahlan.

Bulan lalu, Faisal menerima undangan kelompok tani di Sumatera Utara. Dia hanya dijemput mobil tanpa AC. Perjalanannya jauh. Enam jam. Naik turun. Sampai muntah-muntah.

"Dia tidak mengeluh. Nasib petani lebih buruk daripada dirinya. Harus dibela. Faisal sungguh manusia langka. Analisis ekonominya setajam keris raja-raja Jawa tetapi hatinya begitu mulia," ujar Dahlan.

Menurut Dahlan, sebenarnya Faisal bisa dengan mudah menjadi kaya, tetapi dia tetap saja naik kendaraan umum. Tinggalnya pun di apartemen sederhana berdua dengan istri. Tiga anaknya sudah mandiri.

Nah, tiga hari lalu kondisi Faisal kurang baik. Anaknya memaksanya ke rumah sakit. Konon tidak mudah meyakinkan Faisal masuk rumah sakit.

"Kali ini agak telat. Jantungnya bermasalah. Seharusnya bisa segera dioperasi. Akan tetapi gula darahnya juga lagi tinggi. Harus dikendalikan dulu. Faisal dimasukkan ICU. Di RS Mayapada. Tidak tertolong. Usianya baru 65 tahun," tutur Dahlan.(*/disway)


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler