Faisal Basri Sebut Nawacita Sesat

Rabu, 25 Februari 2015 – 03:55 WIB

jpnn.com - JAKARTA- Pakar ekonomi, Faisal Basri menilai, ambisi Rahmat Gobel meningkatkan ekspor RI sampai 300 persen itu kurang tepat. Pasalnya, dia menilai percuma jika ekspor ditarget tiga kali lipat namun impor lebih besar. Indonesia tak akan menjadi mandiri jika mengikuti target Menteri Gobel yang didasari nawacita. 

"Nawacitanya sesat, kalau bisa pak Rahmat bilang Pak Presiden, apa gunanya ekspor meningkat 3 kali lipat tapi impornya 5 kali lipat. Kalau ini sesat, sesatlah negeri ini," tutur Faisal seperti dilansir Indo Pos (JPNN Group).

BACA JUGA: Ombudsman Bidik Kualitas Pelayanan Lion Air

Lagipula, menurut Faisal, target tersebut tidak realistis. Ia kemudian menyebutkan angka USD 523 miliar dolar jika total ekspor sampai tiga kali lipat. Angka yang fantastis karena untuk mencapainya juga pemerintah harus mati-matian. Perhitungan faisal diperlukan 20 persen kenaikan ekspor tiap tahun untuk menyentuh angka tersebut.

"Jadi seribu malaikat pun diturunkan dari langit ya nggak bisa. Cukup kebohongan-kebohongan ini terjadi. Ekspor di dunia ini paling banter 3,8 persen, kita naik 20 persen ya mimpi," lanjut Faisal.

BACA JUGA: Soal Brazil, Pengamat Sarankan Jokowi Kedepankan Seni Diplomasi

Terlebih, saat ini perdagangan Indonesia sedang dalam kondisi buruk. Kalau dulu perdagangan Indonesia mengalami pertumbuhan lebih tinggi daripada Produk domestik Bruto (PDB). Namun saat ini perdagangan turun lebih rendah daripada PDB dikarenakan ada perubahan paradigma ekonomi dunia. Jadi menurut dia jangan melontarkan omong kosong soal ekspor ke publik.

Pasalnya, tidak ada negara yang ekspornya naik secara terus menerus jika tidak ditingkatkan basis komoditinya. Industri komoditas sangat penting dipelihara dengan baik. Ini yang seharusnya menjadi perhatian penuh Kementerian perdagangan. Ekspor diyakini Faisal hanyalah hasil akhir dari proses pengembangan ekonomi.

BACA JUGA: Siap Kumpulkan Koin untuk Biayai Eksekusi Hukuman Mati

Ditambah dengan riset luar negeri soal kelemahan mereka. Maksudnya, jika di negara lain sedang turun produksi di bidang otomotif, maka Indonesia hadir menawarkan produknya. Jangan menggembar-gembor soal ekspor jika rancangannya belum jelas."Ekspor itu sebagai akhir, itu hasil dari produksi, jadi itu sifatnya parameter, jadi naikkan sektor produksinya dulu," tukas Faisal. (adn/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Peneror Kantor VOA Lewat Facebook Dibekuk di Medan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler