Fakta Atau Mitos Deodoran Penyebab Kanker Payudara

Rabu, 29 Agustus 2018 – 13:53 WIB
Akibat deodoran. Foto: Comotirarmanchas.com

jpnn.com - Saat ini deodoran menjadi salah satu kebutuhan yang wajib selalu ada dimanapun dan kemanapun, karena menjadi solusi untuk keringat di ketiak berlebih. Namun, ada yang menyebutkan deodoran berpotensi menyebabkan kanker payudara.

"Tidak ada studi epidemiologi yang kuat dalam literatur medis yang menghubungkan risiko kanker payudara dan penggunaan antiperspiran dan sangat sedikit bukti ilmiah untuk mendukung klaim ini," kata Dr. Tsippora Shainhouse, seorang dokter kulit bersertifikat, seperti dilansir laman SheKnows, Selasa (28/8).

BACA JUGA: Ketahuilah, Gejala Kanker Payudara Tidak Hanya Benjolan

Shainhouse menunjuk pada penelitian epidemiologi yang dirancang dengan hati-hati mengenai masalah ini, yang diterbitkan dalam Journal of National Cancer Institute pada tahun 2002 lalu.

Penelitian membandingkan 813 wanita dengan kanker payudara dan 793 wanita tanpa kanker. Para peneliti tidak menemukan hubungan antara risiko kanker payudara dan penggunaan antiperspiran atau deodoran.

BACA JUGA: 5 Kiat Hindari Risiko Kambuhnya Kanker Payudara

Shainhouse menjelaskan bahwa dasar dari rumor ini adalah bahwa sebagian besar kanker payudara berkembang di kuadran luar atas payudara (seperempat dari payudara yang paling dekat dengan ketiak) karena daerah tersebut paling dekat dengan kelenjar getah bening yang terkena antiperspirant.

Namun kenyataannya, tidak ada bukti untuk mendukung klaim bahwa lokasi kanker di dalam payudara berhubungan dengan deodoran.

BACA JUGA: Kanker Payudara Bisa Dideteksi dari Napas dan Urine

Jadi mengapa teori ini ada di tempat pertama? Itu semua bermuara pada aluminium.

Bahan aktif dalam antiperspirant adalah senyawa berbahan dasar aluminium, yang memblokir kelenjar keringat untuk menjaga keringat agar tidak sampai ke permukaan kulit.

"Beberapa penelitian menunjukkan bahwa senyawa aluminium ini bisa diserap oleh kulit dan menyebabkan perubahan reseptor estrogen pada sel payudara," Shainhouse menjelaskan.

Estrogen mendorong pertumbuhan sel-sel payudara baik kanker dan non-kanker, sehingga disarankan bahwa senyawa berbasis aluminium ini mungkin menjadi faktor risiko untuk mengembangkan kanker payudara.

Itu akan lebih menakutkan jika alumunium diserap melalui kulit pada tingkat tinggi - tapi itu bukan cara kerja deodoran.

"Satu studi yang mengamati penyerapan aluminium dari antiperspiran yang mengandung aluminium klorohidrat yang diterapkan pada ketiak menemukan bahwa hanya sebagian kecil (0,012 persen) yang diserap," kata Shainhouse.

Tentu saja, tidak ada yang mengatakan bahwa Anda tidak perlu mencoba deodoran alami jika Anda tertarik.

"Deodoran alami adalah hypoallergenic, oleh karena itu mereka kurang cenderung menyebabkan reaksi alergi atau sensitivitas kulit daripada formula tradisional," kata seorang dokter kulit, Dr. Michele Green.

Seperti Shainhouse, Green menekankan bahwa National Cancer Institute telah mengatakan tidak ada hubungan konklusif antara deodoran tradisional dan kanker. Tapi dia menyarankan menggunakan deodorant alami karena penurunan risiko reaksi alergi. (fny/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tak Cover Obat Kanker Payudara, BPJS Kesehatan Dikecam


Redaktur & Reporter : Fany

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler