Kota Melbourne kembali menjadi tuan rumah Indonesian Film Festival (IFF). Tahun ini film-film yang ditampilkan mengangkat kekayaan budaya nusantara yang beragam.
Merayakan 10 tahun digelarnya Festival Film Indonesia, tema yang diangkat di tahun 2015 ini adalah 'Another face of Indonesia'.
BACA JUGA: Promosi Roti Segar, Supermaket di Australia Didenda Rp 25 Miliar
Reinaldy C. Baskoro, selaku project manager festival mengatakan IFF 2015 adalah salah satu perayaan industri sinema Indonesia terbesar di Australia.
Chelsea Islan, duta Film Festival Indonesia di Melbourne. Foto: Heru Suryoko, IFF.
"Lewat festival film kali ini kita ingin menampilkan kekayaan dan kecantikan budaya Indonesia yang sangat beragam kepada masyarakat internasional, seperti Australia," ujar Reinaldy saat membuka FFI 2015.
BACA JUGA: Pria Brisbane Diduga Bunuh Tetangganya Gara-gara Suara Musik
Ada sepuluh film Indonesia yang diputar pada festival tahun ini, di antaranya 'Di Balik 98', 'Kapan Kawin?', 'Siti', 'Tabula Rasa', 'Love and Faith', 'Angker', dan film dokumenter 'Jalanan' yang sukses diputar di Festival Film Internasional Melbourne, Agustus 2014.
"Film-film ini menonjolkan kisah-kisah dari banyak kawasan-kawasan di negara kita yang cantik," tambah Reinaldy.
BACA JUGA: Eksportir Sapi Australia Optimis Indonesia Ubah Sistem Kuota Impor
Tahun ini aktris Chelsea Islan, pemeran utama dalam film 'Di Balik 98' didaulat untuk menjadi duta festival film Indonesia di Melbourne.
"Tentunya sangat membanggakan di usia yang muda sudah menjadi duta festival film Indonesia di Australia," ungkap Chelsea yang lahir di tahun 1995.
"Lewat festival ini saya merasa sebagai kesempatan yang sangat baik untuk kedua negara untuk saling belajar, tidak hanya mengenai pembuatan film, tapi juga sejarah dan budaya. Kita perlu untuk saling belajar satu sama lain," tambahnya.
Festival Indonesia digelar oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) di University of Melbourne, dengan didukung sejumlah relawan yang kebanyakan berasal dari mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Indonesia, termasuk warga lokal Australia yang memiliki ketertarikan dengan Indonesia.
Acara pembukaan IFF digelar hari Kamis (9/04) di gedung ACMI yang berada di Federation Square, Melbourne.
Dalam acara pembukaan, selain Chelsea Islan sebagai duta Festival Film Indonesia, hadir pula sejumlah sineas yang filmnya diputar dalam festival ini.
Di antaranya Rako Prijanto, sutradara film 3 Nafas Likas beserta pemeran utamanya Atiqah Hasiholan, serta Lukas Sardi, sutradara film Di Balik 98.
Lukas merasa adanya apresiasi yang tinggi dari mahasiswa Indonesia di Melbourne soal perfilman Indonesia.
"Setiap festival film memiliki karakternya sendiri... tapi festival film di Melbourne ini untuk mempromosikan film Indonesia di Australia, tapi yang paling membanggakan adalah festival ini dibuat mahasiswa Indonesia di Melbourne," ujar Lukas Sardi.3 Nafas Likas karya Rako Prijanto menjadi film pembuka IFF 2015.
Film 3 Nafas Likas yang diangkat dari kisah nyata berlatar belakang di era tahun 1930 hingga 2000-an menjadi film pembuka festival.
"Indonesia dinamai juga sebagai ibu pertiwi, jadi Indonesia sangat menghargai seorang perempuan, dan film ini menceritakan seorang perempuan Indonesia yang sangat biasa tapi ia hidup di masa yang sangat luar biasa," jelas Rako Rijanto, sang sutradara.
"Dan karakter ini sangat mewakili perempuan-perempuan Indonesia pada jaman saat itu dan menjadi inspirasi bagi perempuan saat ini," tambahnya.
Menurutnya, festival film dan budaya semacam ini memiliki peranan penting untuk meningkatkan hubungan Indonesia dan Australia.
"Misi budaya seperti ini bisa meningkatkan kerja sama dengan Australia, karena kita melihat akhir-akhir ini isu politik kedua negara sangat sensitif dan hubungan kedua negara ini sangat penting," jelas Rako kepada Erwin Renaldi dari ABC International.
"Sebagai orang film, mungkin suatu hari kita bisa bikin film tentang human trafficking, pengungsi-pengungsi asal Timur Tengah, mungkin bisa artis Australia dan Indonesia bekerja sama dan mengangkat isu-isu tertentu sehingga salah paham bisa terulang kembali," ungkapnya.Acara pembukaan IFF 2015 dihadiri Lukman Sardi, Chelsea Islan, Atiqah Hasiholah, dan Rako Prijanto. Foto: Erwin Renaldi.
Festival Film Indonesia 2015 digelar hingga 18 April mendatang di Australian Centre for Moving Image (ACMI), Federation Square, Melbourne.
Festival ini pun akan menggelar kelas film Indonesia selama empat hari. Dalam kelas pembuatan film ini pun para partisipan bisa mengenal lebih jauh soal industri perfilman dan kebudayaan Indonesia.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Telantarkan Jaring Ikan, Pejabat Industri Perikanan NT Didenda $1600