Komitmen penegakan HAM di internal Badan Induk Sepak Bola Dunia (FIFA) dipertanyakan dalam kasus pemain sepak bola Bahrain yang berbasis di Australia Hakeem AlAraibi yang sudah 50 hari di penjara di Thailand.
Berbicara di final Piala Asia di Uni Emirat Arab (UEA), Direktur Utama Pesepak Bola Profesional Australia John Didulica mengatakan sudah tiba saatnya untuk menjadikan kasus penahanan Hakeem AlAraibi disikapi serius oleh organisasi induk sepak bola dunia.
BACA JUGA: Petenis Unggulan Menang Mudah, Petenis Australia Tersingkir Di Putaran Awal
"Saya pikir kami memiliki konflik yang sangat luar biasa di puncak Konfederasi Sepak Bola Asia dimana kita melihat presiden federasi, Sheikh Salman, yang merupakan orang Bahrain yang berpengaruh - tapi disisi lain kami juga memiliki pemain sepak bola internasional Bahrain yang dipenjarakan di Thailand," katanya kepada ABC.
"Ditambah lagi, sebelumnya Hakeem juga mengkritik tindakan Sheikh Salman di kepresidenan FIFA pada 2015, dimana ia menggambarkan pengalamannya sebagai atlet yang disiksa dan mendesak komunitas sepakbola untuk tidak mendukung Sheikh Salman."
BACA JUGA: Rahaf al-Qunun Bertekad Kampanye Bagi Kebebasan Perempuan Saudi
Sheikh Salman Bin Ibrahim Al-Khalifa menjabat sebagai salah satu pejabat olahraga terkemuka Bahrain ketika 150 atlet di negara tersebut ditangkap dan diduga disiksa karena keterlibatan mereka dalam aksi unjuk rasa di semenanjujg Arab itu.
Karena menjabat sebagai presiden AFC saat ini, Sheikh Salman juga menjabat sebagai wakil presiden senior induk organisasi sepak bola dunia, FIFA.
BACA JUGA: Me too terpilih jadi Word of the year 2018 di Australia
Di bawah kepemimpinan Gianni Infantino, FIFA telah mencoba untuk mengakhiri era penyuapan dan korupsi, selain juga mengadopsi kebijakan hak asasi manusia dan membentuk Dewan Penasihat Hak Asasi Manusia yang independen.
Kebijakan hak asasi manusia FIFA menyatakan bahwa organisasi ini "berkomitmen untuk mengambil tindakan, berdasarkan pada proses uji tuntas yang mendalam, untuk menghindari menyebabkan atau berkontribusi pada dampak hak asasi manusia melalui kegiatannya sendiri dan memulihkan dampak tersebut ketika terjadi".
FIFA telah menyerukan agar AlAraibi dibebaskan dari penahanan Thailand setelah peringatan Interpol yang dipertanyakan itu membuatnya ditahan ketika ia hendak terbang ke Bangkok untuk memulai bulan madu pada akhir November 2018. Photo: Hakieem AlAraibi mengatakan kondisi di sel tahanannya sangat buruk. (ABC News: Sophie McNeill)
Dalam 50 hari sejak AlAraibi dipenjara, Sheikh Salman tidak bersuara sama sekali tentang masalah ini - yang membuatnya berkonflik dengan statuta FIFA sendiri.
"Peran presiden Konfederasi Asia memiliki kewajiban-kewajiban itu, tetapi sejalan dengan itu juga sebagai presiden AFC Anda menjadi wakil presiden senior FIFA, Anda adalah pemegang kantor terkemuka di FIFA 2.0," kata Didulica.
"FIFA 2.0 adalah organisasi yang kami semua harapkan telah berkembang, telah direformasi, yang telah merestrukturisasi pemerintahannya untuk memastikan mereka mampu menegakkan standar perilaku tertinggi.
"Sejauh ini terkait perlindungan terhadap anggotanya yang paling rentan, kami melihat FIFA telah gagal pada tes pertamanya.
"Bungkamnya Sheikh Salman dan AFC tentang masalah ini berarti mereka tidak mempromosikan hak asasi manusia padahal undang-undang FIFA dan AFC mengharuskan mereka untuk melakukan tindakan."
Masa jabatan Sheikh Salman sebagai presiden AFC akan berakhir pada bulan April, tetapi ia mencalonkan diri untuk pemilihan kembali.
"Sebagai konsekuensinya, kami melihatnya sebagai hal yang mustahil baginya - tidak hanya melanjutkan perannya sebagai presiden - tetapi juga absurd baginya untuk diizinkan kembali mencalonkan diri dalam pemilihan ulang.
"Ini jelas bertentangan dengan standar FIFA 2.0."
John Didulica mengatakan PFA dan organisasi berbasis pemain lainnya di seluruh dunia sedang meninjau posisi mereka saat mereka terus mengadvokasi pembebasan Hakeem AlAraibi.
"Mengingat sikap diam yang kami alami, penting bagi kami sekarang untuk meningkatkan dialog yang kami lakukan dan kami harus benar-benar mempertimbangkan kembali langkah-langkah apa yang kami ambil untuk membawa hal ini ke depan."
Ketika dihubungi untuk memberikan komentar, AFC mengirim pernyataan yang mengatakan: "AFC sedang bekerja sama dengan FIFA dan Asosiasi Sepak Bola Thailand dan para pemangku kepentingan lainnya mengenai masalah ini. Selama proses ini berlangsung, kami tidak akan berkomentar lebih lanjut saat ini. "
FIFA belum merespons desakan ini.
Simak beritanya dalam bahasa Inggris disini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kanada Kecam Hukuman Mati Terhadap Warganya di China