Filantropi Berpotensi Kumpulkan Rp 279 Triliun, Sayang Belum Tergarap Maksimal

Sabtu, 03 Juli 2021 – 21:19 WIB
Emaridial Ulza, sekretaris Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA). Foto Humas UHAMKA

jpnn.com, JAKARTA - United Nations Children's Fund (UNICEF) menyebut, pandemi Covid-19 menjadi salah satu penyebab siswa putus sekolah. Lembaga ini memperkirakan sekitar 1% siswa berhenti sekolah akibat pandemi yang melanda dunia saat ini termasuk di tanah air.

Hal itu terjadi karena orang tua siswa banyak yang kehilangan pendapatan dan pekerjaan sejak virus corona masuk ke Indonesia. Kondisi ini menambah daftar panjang jumlah angka anak putus sekolah yang telah mencapai 4,34 juta jiwa berdasarkan survei sosial ekonomi nasional (Susenas) 2019.

BACA JUGA: Kurangi Gap Pendidikan, Swasta Harus jadi Filantropi, Bukan Sekadar Pemenuhan Tenaga Kerja

Emaridial Ulza, sekretaris Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) mengatakan, pandemi yang masih berlangsung dampaknya luas di berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan.

"Karenanya penting digencarkan gerakan filantropi untuk membantu mereka yang tak mampu mendapat akses pendidikan," ujar Emaridial Ulza dalam webinar "Filantropi, Kampus dan Masyarakat" bersama  Institut Agama Islam Negeri Kota Sungai Penuh (IAIN Kerinci), baru-baru ini.

BACA JUGA: Agar Bisnis Selaras dengan Filantropi

Dijelaskannya, filantropi merupakan gagasan dan pondasi penting dalam berkehidupan bernegara. Di sektor pendidikan, gerakan ini mendukung pemerintah untuk membantu anak didik yang lemah secara ekonomi merasakan pendidikan berkualitas. 

"Kita tidak bisa hanya bergantung kepada pemerintah, tetapi bisa dari stakeholders lainnya yang potensinya jauh lebih besar dari pemerintah," ungkapnya.

BACA JUGA: Dato Sri Tahir, Orang Terkaya ke-12 di Indonesia yang Jadi Filantropi

Emaridial memaparkan potensi dana yang bisa dikumpulkan dari filantropi di Indonesia sekitar Rp 279 triliun. Namun, selama ini yang berhasil dikumpulkan baru mencapai puluhan triliun.

"Peluang ini harus bisa dimaksimalkan oleh seluruh anak bangsa," ujarnya.

Dia mencontohkan dalam dunia pendidikan, banyak lembaga pendidikan tinggi berkualitas dunia yang lahir dari gerakan filantropi. Karenanya, tumbuh dan berkembangnya gerakan filantropi tidak bisa dipandang sebelah mata.

"Harvard, MIT dan Cambridge University, adalah kampus -kampus besar yang lahir dari gerakan filantropi," ujarnya.

UHAMKA, lanjut Emaridial, sudah menjalankan gerakan filantropi dengan beberapa konsep. Misalnya dari dana yang didapatkan dari stakeholders dikembangkan dalam usaha atau pemberdayaan sehingga dana tersebut berputar. Juga bisa bermanfaat untuk mahasiswa dalam bentuk bantuan biaya kuliah. 

Bahkan, kata Emaridial, mampu memberikan pekerjaan untuk mereka sebagai bentuk aktualisasi diri penyiapan untuk masuk dunia kerja atau berwirausaha nantinya.

"Jadi nantinya, mimpi Indonesia agar semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan tanpa masalah biaya bisa terlaksana. Para anak didik hanya berlomba-lomba untuk fokus berprestasi sehingga menghasilkan SDM unggul," pungkasnya. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler