FKM UI Membeber Hasil Survei Serologi soal COVID-19 di DKI, Hasilnya Mengejutkan

Rabu, 14 Juli 2021 – 11:36 WIB
Tangkapan layar - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melakukan peninjauan tenda darurat di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat, Senin (28/6/2021). ANTARA/Mentari Dwi Gayati/aa.

jpnn.com, JAKARTA - Hasil survei serologi tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menyatakan 91,9 persen kasus Covid-19 di DKI Jakarta tidak terdeteksi.

Survei yang dilakukan FKM UI pada 15-31 Maret 2021 itu bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Lembaga Eijkman, dan CDC Indonesia.

BACA JUGA: 54 Pekerja Positif Covid-19, Dua Pabrik Tetap Beroperasi, Begini Jadinya

Epidemiolog FKM UI Pandu Riono mengatakan deteksi kasus Covid-19 masih sangat rendah. Proporsi kasus yang terdeteksi hanya 8,1 persen sedangkan 91,9 persen tidak terdeteksi oleh sistem.

"Artinya, kalau kita melihat data sekian banyak di DKI, sebenarnya yang terjadi di populasi bisa jauh lebih banyak karena yang dilaporkan atau terdeteksi dalam sistem hanya 8,1 persen," ucap Pandu saat diskusi virtual Persepi di Jakarta, Selasa (13/7).

BACA JUGA: Babak Baru Kasus Dosen Unej Mencabuli Keponakan, Istrinya Sampai Memohon

Diketahui bahwa survei serologi dilakukan untuk mengukur respons imun terhadap suatu antigen dari sediaan darah seseorang.

Metode survei ini dirancang untuk menggambarkan prevalensi penduduk di Jakarta yang pernah terinfeksi Covid-19 atau yang antibodi SARS CoV-2-nya terdeteksi.

BACA JUGA: ASS Sudah Tertangkap, yang Dia Lakukan terhadap Istrinya Keterlaluan, Jangan Ditiru

Hasil penelitian itu menunjukkan dari kasus Covid-19 di Jakarta yang tidak terdeteksi itu, 57,4 persen di antaranya tidak bergejala dan 34,0 persen bergejala. Angka itu memperlihatkan jumlah pasien orang tanpa gejala (OTG) cukup tinggi dan tidak terdeteksi oleh sistem.

Masih dari penelitian tersebut, OTG didominasi oleh kelompok umur muda, di antaranya 70,8 persen pada usia 1-14 tahun dan 65,9 persen pada usia lebih dari atau sama dengan 1 tahun. Sisanya, 62,6 persen pada usia 15-49 tahun dan 55,7 persen pada usia lebih dari 50 tahun.

"Ini mengindikasikan bahwa sistem testing kita di DKI walaupun sangat tinggi tetap tidak bisa mengidentifikasi atau mendeteksi sebagian mereka yang memang sudah terinfeksi," tutur Pandu Riono.

Survei serologi tersebut mengambil 4.919 sampel (98,4 persen) dari target sampel 5000 penduduk usia 1 tahun lebih yang tersebar di 100 kelurahan pada enam wilayah administrasi DKI Jakarta.

Untuk pemeriksaan antibodi SARS CoV-2 menggunakan tes akurat yang disumbangkan oleh US CDC dengan tetracore-luminex.

Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Brigjen TNI (Purn) dr. Alexander K. Ginting mengatakan DKI Jakarta memiliki tingkat testing yang tinggi dan melebihi apa yang diminta standar WHO, tetapi belum bisa mencerminkan apa yang dikatakan dalam penelitian serologi ini.

BACA JUGA: Ada Teriakan Minta Tolong, Doni Terbangun dan Melihat Temannya Bersimbah Darah, Mengerikan

"Ada sesuatu hal yang harus kita cari bagian missing link-nya,” ucap dr Alexander.

Walakin, dia mengatakan penelitian itu bermanfaat untuk melihat kembali apakah 3T (testing, tracing, dan treatment) harus dicari dalam model yang baru.

"Hasil penelitian ini bisa dimanfaatkan untuk membangkitkan semangat bagi semua pihak, termasuk masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan partisipasi dalam penerapan prosedur kesehatan serta pelaksanaan 3T," tuturnya.

Direktur Riset SMRC Deni Irvani menilai hasil survei serologi itu tidak mengonter data terkonfirmasi Covid-19 yang dirilis pemerintah.

"Justru ini adalah informasi yang sangat bermanfaat bagi pemerintah dan kita semua bahwa Covid-19 diestimasi sudah sangat menyebar di DKI Jakarta," pungkas Deni. (antara/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler