BACA JUGA: Terkait Rebutan Lahan Pengamanan?
Kemarin, ada tambahan 26 kasus baruBACA JUGA: Lagi, Pujiono Digelandang Polisi
Sebanyak 26 pasien itu terdiri dari 2 WNA dan 24 WNI
BACA JUGA: Polisi Masih Buru KPK ?
"Tiga di antara pasien-pasien itu memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri," terang Tjandra Yoga Aditama, dirjen pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL) Depkes, kemarinDua orang habis bepergian ke Malaysia dan satu orang ke negeri Kanguru, AustraliaDengan demikian, kata Tjandra, hingga kemarin, secara kumulatif kasus influenza A H1N1 positif di Indonesia ada 112 orangTerdiri dari 63 laki-laki dan 49 perempuanDua kasus positif flu babi berawal pada 24 Juni laluKemudian, disusul 6 kasus pada 29 Juni, 12 kasus pada 4 Juli, 7 Juli (8 kasus), 9 Juli (24 kasus), 12 Juli (12 kasus), dan 13 Juni (22 kasus)
Untuk mencegah penyebaran flu babi di Indonesia, Depkes telah mengambil beberapa upaya antisipatifAntara lain, pencegahan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) berupa penyiapan radio pratique, thermal scanner, pemberian health alert card pada penumpang, dan pemeriksaan terhadap pendatang yang dicurigai sebagai suspect
Selain itu, Depkes telah menyiapkan 100 RS rujukan yang tersebar di seluruh Indonesia"Puskesmas juga kita kerahkan untuk membantu pencegahan," terangnyaTermasuk, melacak orang-orang yang kontak dengan penderitaDiagnosis di laboratorium juga terus dilakukanDepkes juga rutin berkoordinasi dengan Depkes negara-negara lain"Kami terus pantau berapa warga kita yang ada di luar negeri," ujarnya
Pihaknya mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan menerapkan pola hidup bersih dan sehatSeperti, mencuci tangan dengan sabunApabila mengalami gejala influenza, segera kenakan masker"Penderita sebaiknya tidak beraktifitas dulu dan segera periksakan ke dokter," ungkapnya
Pakar flu burung dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair) Dr C.ANidom mengatakan, penyebaran virus H1N1 tidak dapat dicegahSebab, virus itu mewabah di seluruh duniaLantaran terus bertambah, Depkes seharusnya menambah laboratorium diberbagai daerah untuk mempercepat pemeriksaan suspect flu babi"Sekarang ini pemeriksaan flu babi selalu dibawa ke BalitbangkesItu membutuhkan waktu lamaSementara, ketika menunggu hasil pemeriksaan, apapun bisa terjadi," ujarnyaDepkes seharusnya lebih tanggap merespon persebaran H1N1
Kendati demikian, Nidom mengatakan, masyarakat tak perlu terlampau panikSebab, virus H1N1 tak seganas H5N1 (flu burung)"Yang harus kita khawatirkan justru jika H1N1 dan H5N1 kawin," cetusnyaDepkes, kata Nidom, harus mewaspadai wilayah Jakarta, Tangerang dan sekitarnyaSebab, banyak korban berjatuhan di wilayah ituDisatu sisi, wilayah tersebut juga dinilai sarang virus H5N1"Karena itu, persoalan ini perlu diantisipasiJika tidak, apa yang kita khawatirkan bisa saja terjadiYaitu, bergabungnya H1N1 dan H5N1," terangnya
Sementara itu, Tjandra menjelaskan, sejak flu burung merebak, Depkes sudah membangun beberapa laboratorium di daerahTujuannya, untuk membantu pengujian dan pemeriksaan virus"Tapi, kalau untuk pemeriksaan awal memang harus dilakukan di laboratorium Depkes," terangnya
Dorongan melakukan percepatan penanganan mulai muncul dari kalangan parlemenAnggota Komisi IX Imam Nahrawi mendorong, agar depkes segera melakukan melakukan tidakan tegas, memusnahkan ternak babi yang ada di Indonesia
"Saya heran, dulu waktu merebak flu burung, unggas dimusnahkan secara massal, kenapa sekarang tidak" gugat anggota dewan asal PKB tersebutSaat itu, menurut dia, peternak ayam dan unggas harus rela gulung tikar akibat pemusnahan tersebutNamun, sesalnya, kondisi tersebut berbeda dengan mulai merebaknya wabah flu babi sekarang"Bukas balas dendam, tapi sudah saatnya pemerintah melarang dan memusnahkan ternak babi secepatnya," tandasnya(kit/dyn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Oxfam Tekan Negara Maju
Redaktur : Tim Redaksi