BACA JUGA: Lagi, Pujiono Digelandang Polisi
Mereka menduga kasus penembakan itu terkait dengan bisnis keamanan di perusahaan asal Amerika Serikat ituImparsial adalah LSM yang selama ini konsen terhadap isu penegakan hak asasi manusia di Papua dan wilayah lain di Indonesia
BACA JUGA: Polisi Masih Buru KPK ?
Karena sifatnya yang independen, Imparsial mendapatkan dana bagi aktivitasnya dari sumber-sumber yang tidak mengikat, serta sumbangan dari warga masyarakat dan iuran anggota.Menurut Poengky, penyebab aksi kekerasan di Papua bisa bervariasi
BACA JUGA: Oxfam Tekan Negara Maju
"Yang kedua terkait dengan pertarungan bisnis jasa keamanan, sebab gangguan keamanan terhadap Freeport selalu terjadiTermasuk setelah penjagaan dipegang oleh security Freeport dan aparat Kepolisian," katanyaItu didasarkan pada Kepres pengamanan obyek vital nasional nomor 63 Tahun 2004, yang isinya menjelaskan pengamanan diserahkan pada internal dan polisiSebelumnya, Freeport dijaga oleh batalyon TNI."Investigasi yang objektif dan independen harus dilakukan," ujarnyaLemahnya kontrol pasukan juga bisa menjadi faktor tersendiri." Apalagi, pola pembunuhan ini sangat profesionalJaraknya jauh dan diduga dilakukan oleh sniper atau penembak terlatih," katanyaPoengky menuturkan, ambush (serangan mendadak) terhadap target warga negara asing jelas tidak mungkin dilakukan serampangan"Penembak harus menghitung benar rute, jam keberangkatan, dan jalur melarikan diri," katanya
Imparsial mendesak SBY agar melakukan evaluasi internal terhadap kinerja aparat di Papua"Untuk proses penegakan hukum, kami mendukung yang di depan adalah aparat kepolisian,"ujarnya.Kemarin, Markas Besar Polri dan Tentara Nasional Indonesia menyisir tempat kejadian penyerangan di Timika, PapuaKapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri menduga para penyerang masih berada di wilayah tersebut"Polri bekerja sama dengan TNI untuk lakukan penyisiran di seputaran tempat kejadian, diduga mereka (pelaku) masih di sana," ujar BHD di Mabes Polri kemarin
Mengenai peluru yang ditembakan ke warga negara Australias, Drew Nicholas Grant Lakis, Kapolri mengatakan masih diperiksa di laboratoriumPeluru berkaliber 5,56 milimeter itu biasa digunakan oleh aparat pada senjata organik merekaNamun Kapolri membantah bila penyerang merupakan orang yang terorganisir atau sistematis"Peluru yang sama bisa dimiliki oleh tiap kelompok bersenjata, kalau ada jenis peluru yang sama jangan langsung mengarah seolah dari yang memiliki senjata seperti itu," ujarnyaBahkan peluru dengan kaliber yang sama dapat digunakan di senjata rakitan.
Meski telah mengirim 58 personil dari crisis respond team, labfor, tim identifikasi, dan dokter polisi, namun Kapolri mengakui bila personilnya tidak mampu menghadapi penyerangan dengan medan seperti Papua"Para penyerang menguasai medan, dengan jumlah aparat seperti itu agak sulit untuk anggota menutup wilayah Papua," ujarnya
BHD membantah polisi kecolongan mengamankan Freeport"Begitu kejadian saya tugaskan 60 personel jam 7 pagi hari Sabtu berangkat, dipimpin Kadensus dan Labfor, pada hari Minggunya, saat anak-anak mau oleh TKP disanggong lagi disana," kata BHDKepala Pusat Penerangan Mabes TNI Marsekal Muda Sagom Tamboen membantah tudingan aparat terlibat"Itu tidak berdasar dan memanasi suasana," katanyaMenurut Sagom, hubungan TNI dan polisi sangat harmonis"Dalam mengusut kasus ini, kita bekerjasamaTNI membantu polisi sebagai sama-sama aparat negara," katanya.(rdl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gagal Panen Bakal Merebak
Redaktur : Tim Redaksi