jpnn.com, SURABAYA - Direktur PT Gunawan Dianjaya Steel (GDS) Tbk Hadi Sucipto mengatakan, rupiah yang sempat tertekan dolar AS beberapa waktu lalu berimbas negatif terhadap keuangan perseroan.
Perusahaan merasakan kenaikan harga bahan baku yang signifikan.
BACA JUGA: Kebutuhan Baja Naik 3 Persen di Tahun 2019
Secara year-on-year, harga bahan baku tercatat bisa melonjak hingga 30 persen. Sementara itu, penjualan naik 17 persen.
Di sisi lain, harga jual perseroan tidak bisa naik sama besar dengan bahan baku. Sebab, penjualan perseroan berdasar order, bukan produk masal.
BACA JUGA: Potensi Pasar Baja di Indonesia Timur Masih Besar
”Jadi, perseroan akan menjual setelah membeli bahan baku. Ketika beli, kurs naik. Sedangkan ketika jual, harga di bawahnya,” kata Hadi, Jumat (6/12).
Hingga September 2018, perseroan mencatat rugi setelah pajak Rp 59,2 miliar dengan realisasi penjualan Rp 987,6 miliar. Kerugian terbesar disebabkan selisih kurs.
BACA JUGA: Defisit Produk Baja Indonesia Timur Tembus 400 Ribu Ton
”Ini wajar karena perusahaan beli bahan baku dalam dolar AS, sedangkan penjualan maupun laporan keuangan dalam rupiah,” ungkap Hadi.
Untuk mengantisipasi kerugian yang sama ke depan, pihaknya akan membeli bahan baku dengan jumlah yang paling efisien.
Setelah merger dengan PT Jaya Pari Steel Tbk September lalu, bargaining position GDS di hadapan supplier bahan baku kian kuat.
”Kami akan lakukan pembelian dalam volume yang besar untuk kebutuhan dua pabrik sehingga mendapat harga yang lebih bagus,” kata Hadi. (res/c11/fal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Minyak Dunia Bikin Produsen Baja Domestik Kelimpungan
Redaktur & Reporter : Ragil