jpnn.com, JAKARTA - Kebijakan redenominasi atau penyederhanaan mata uang yang direncanakan pemerintah, dipercaya akan berhasil bila dikelola dengan baik.
Bahkan, mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier menyebut dalam praktik di masyarakat, redenominasi sebenarnya sudah tidak asing lagi.
BACA JUGA: Menko Darmin: Orang akan Mikir, Ini Negara Apa sih
Sebagai contoh yang tertulis, katanya, saat memasuki restoran sekarang ini sering dijumpai harga produk ditulis Rp 40, padahal maksudnya itu Rp 40 ribu. Kemudian harga Rp 100 yang maksudnya Rp 100 ribu.
"Ini kan sudah berjalan. Kalau yang lisan, Anda perhatikan kalau ke pasar. Tanya daging sekilo dijawab 13, maksudnya kan Rp 130 ribu. Sudah redenominasi sendiri," ujar Fuad di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Rabu (26/7).
BACA JUGA: Tenang, Pak Jokowi Belum Bisa Dimakzulkan karena Utang
Kalau kebijakan ini benar dijalan pemerintah, maka praktiknya nanti ketika produk harganya Rp 200 ribu, bisa saja di belakang nominal dirulis dalam tanda kurung Rp 200 ribu (UL)-merujuk rupiah lama, dan Rp 200 (UB)-mengacu uang baru.
"Nanti lama-lama uang yang lama ilang. Saya kira soal (redenominasi) uang rakyat biasa saja. Tidak akan salah. Cuma jadi kelihatan berwibawa lah. Kurs berapa? Satu dollar 13 perak (rupiah-red). Kayak begitu," tutur Menkeu era Kabinet Pembangunan VII ini.
BACA JUGA: Beginilah Skenario BI Menyederhanakan Rupiah
Bila redenominasi dilakukan dan dikelola dengan baik, tidak ada gejolak politik, tak ada infkasi dan uang ang beredarnya cukup, Fuad yakin tidak akan ada masalah. Apalagi sudah banyak negara berhasil menerapkannya.(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Serahkan RUU Redenominasi ke DPR, Ini Rencana Misbakhun
Redaktur : Tim Redaksi