jpnn.com - jpnn.com - Program full day school yang digeber mulai tingkat SD, SMP, dan SMA, mulai dikeluhkan para atlet pelajar.
Pasalnya, program sekolah sehari penuh itu bakal menganggu jadwal latihan para atlet.
BACA JUGA: Dana BOS Sudah Cukup, SPP Belum Dibahas
Para pelatih dan atlet khawatir bakal terjadi penurunan prestasi, jika tidak ada solusi konkret atas persoalan itu.s
Di Kota Malang yang sudah menerapkan full day school adalah SMP Negeri dan beberapa SMA Negeri. Saat ini, yang tampak adalah terpangkasnya waktu latihan para atlet.
BACA JUGA: Kabar Baik untuk Sekolah Belum Siap UBK
Sebab waktu yang biasanya digunakan berlatih dari pukul 14.00 hingga pukul 17.00 harus digunakan untuk sekolah.
Di Kota Malang, ada sekitar 50 atlet yang masih berstatus pelajar. Itu hanya atlet yang berprestasi saja.
BACA JUGA: Pungutan Hukumnya Wajib, Sumbangan Sunah
Keresahan soal menurunnya prestasi tersebut, dirasakan oleh pegiat olahraga, baik atlet, pelatih, dan bahkan pengurus KONI Kota Malang.
Seperti halnya salah satu atlet atletik Kota Malang, yang baru saja meraih emas di kejuaraan nasional (Kejurnas) estafet Bogor, Maudy Awanda.
Siswi kelas 11 SMAN 8 Kota Malang ini, mengaku tak mempunyai waktu banyak lagi untuk berlatih.
Hal tersebut lantaran jam pulang sekolahnya yang semakin sore, yakni pukul 16.00 dan kadang sampai pukul 17.00.
“Kadang saya tidak bisa ikut latihan, sebab terbentur dengan sekolah. Kalau pun latihan hari Senin sampai Rabu saja, itu pun setelah pulang sekolah pukul 16.00 langsung ke lapangan. Capek sih, tapi mau bagaimana lagi,” keluh Maudy kepada Malang Post (Jawa Pos Group).
Kekecewaan itu juga disampaikan oleh pelatih, program sekolah yang seminggu ini dilaksanakan yakni pulang hingga sore, membuat latihan terhambat.
“Kalau biasanya kami memulai latihan pukul 14.00, sekarang harus molor sampai pukul 16.00,” ujar pelatih cabor atletik Kota Malang, Onny Chandra Shofi kepada Malang Post.
Selain latihan sore, ditambah lagi cuaca yang tak mendukung akhir-akhir ini. Padahal tempat latihan atletik adalah di outdoor.
“Latihan tetap saja kami lakukan, namun kalau sudah hujan lebat kami hentikan mereka,” tambahnya.
Tak hanya itu, kebanyakan atlet memang dari sekolah langsung berlatih dan tanpa ada istirahat. Oleh karena iku beberapa atlet langsung dalam kondisi drop dan akhirnya sakit.
“Mereka akhirnya kecapekan, karena tidak mempunyai waktu istirahat,” lanjutnya.
Kondisi seperti itulah yang akhirnya ditakutkan oleh Onny, terkait prestasi para atletnya ke depan. Apalagi beberapa dari mereka akan terjun di berbagai kejuaraan daerah (Kejurda), maupun kejuaraan nasional (Kejurnas).
“Sebenarnya kami masih butuh banyak waktu untuk pembinaan. Namun dengan minimnya waktu anak-anak, sepertinya pembinaan akan sangat sulit dilakukan,” jelasnya.
Padahal, atlet tidak hanya membutuhkan kepandaian akademik, namun juga kemampuan fisik dan kecerdasan emosional.
“Kemampuan itu diperoleh dari latihan keras dan rutin,” ungkapnya.
Di sisi lain, Pelatih Cabor Senam Kota Malang, Anna Mariatna juga sependapat dengan Onny.
Dia mengaku setelah full day school para atlet terlihat capek ketika berlatih. Hal tersebut membuatnya turut khawatir jika nanti para atlet akan menurun kualitasnya.
“Mereka kebanyakan tenaga dan pikirannya diforsir ketika di sekolah, jadi datang latihan terkadang sudah letih. Jadi bagaimana pun saya harus mensiasati, bagaimana atlet bisa berlatih meskipun sedang letih,” beber Anna.
Keduanya meminta pemerintah mengevaluasi penerapan anjuran full day school ini.
“Jika tidak dilakukan, saya khawatir berdampak pada perkembangan prestasi olahraga di Kota Malang. Kurang latihan berdampak pada prestasi,” tegasnya.
Keluhan dari beberapa cabor tersebut ternyata juga sudah diterima oleh Ketua Umum KONI Kota Malang, Bambang DH Suyono. Dia mengatakan akan segera membicarakan terkait keluhan cabornya kepada Dinas Pendidikan (Dindik).
“Kami akan usahakan terkait hal tersebut. Kasihan nantinya jika atlet yang seharusnya latihan, tidak jadi. Apalagi atlet Kota Malang banyak yang berprestasi. Minggu depan kami akan bicarakan dengan Dinas Pendidikan,” tegas Yono sapaan akrabnya.
Yono berjanji akan mencarikan solusi yang terbaik dengan Dinas Pendidikan terkait ini. Lantaran pihaknya menginginkan adanya kesinambungan antara keduanya, agar pendidikan atlet dan olahraga bisa berjalan beriringan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang Zubaidah, mengaku selama jalannya program full day school belum ada keluhan dari pihak mana pun.
Dia mengaku memang untuk sementara ini, pihaknya masih mengevaluasi tentang kebijakan tersebut.
“Sambil berjalan kita sambil evaluasi kurang lebihnya. Kami akan menerima dan mencari solusi jika memang ada keluhan dari mana pun,” tandasnya.(yun/ary)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Target Sekolah Baru dan Guru Penerima TPG Meleset
Redaktur & Reporter : Soetomo