Gairah Fotografi Bareng Model-Model Impor

Minggu, 14 September 2014 – 20:32 WIB
LINTAS BANGSA: Dari kiri, Isabella Tan, Christina Helen, Mat Hasan Putra (pemilik agensi), dan Martyna Tasiemska di Surabaya Town Square.(Dimas Alif/Jawa Pos)

jpnn.com - Wajah-wajah ayu para model terus bermunculan. Mereka menghiasi billboard, panggung catwalk, cover majalah, dan lain-lain. Di antara wajah-wajah itu, beberapa adalah pemilik wajah Kaukasia nan eksotis.

*****

BACA JUGA: Testis Melintir Awas Mandul

MENUJU jam makan siang, Valeria Netesa masih asyik bergaya. Semampai tingginya. Dengan angka 178 sentimeter, dia tampak menonjol di antara orang-orang di sekitarnya. Ada lebih dari lima fotografer yang mengitarinya. Lera, sapaannya, tengah dalam sesi pemotretan untuk suatu majalah dan butik gaun pesta di Surabaya.

’’Heran dehDia gaya apa aja tetap cantik,’’ ujar Devina Kamandhanu, 23, desainer yang pakaiannya dikenakan Lera.

BACA JUGA: Self-Defense dalam Setiap Kesempatan

Keseriusan Lera bekerja tampak dari setiap gayanya yang sempurna. Tanpa mengeluh, model 19 tahun itu mengikuti instruksi setiap fotografer di hadapannya. Semuanya total, mulai gerak tubuh hingga lirikan matanya memuaskan.

’’Apa saya perlu mengepang rambut?’’ tanya Lera. Tanpa perlu becermin dan menunggu jawaban, jemari lentiknya langsung gesit melakukan gerakan terlatih, mengepang rambut pirang panjangnya. Tak perlu hair stylist, Lera melakukannya dengan cepat dan baik.

BACA JUGA: Batik Kiddie Nuansa Pastel

Dia datang ke Surabaya Agustus lalu karena kontrak yang dibuat agensi modelnya di Rusia dengan Indonesia, Putra Model Agency (PMC). Sama seperti model-model lainnya, Lera berada di bawah payung agensi yang mengantarkannya ke satu negara ke negara lain. Dan, kesempatannya ke Indonesia kali ini adalah yang pertama.

’’Saya senang di sini. Sambil bekerja, saya bisa jalan-jalan ke tempat yang indah,’’ ujar gadis Rusia itu sambil menunjukkan akun Instagram-nya. Di situ, dipajang beberapa fotonya belum lama ini. Malang, Bali, dan Lombok sudah masuk list penjelajahannya.

Bekerja di Indonesia, ungkap Lera, adalah pengalaman yang menyenangkan. Meski jauh dari negara asal, penyuka adventure itu merasa Indonesia bagaikan surga petualangan. ’’Karena basic-nya saya memang suka traveling, jadi tidak masalah,’’ ujarnya. Bekerja pun terasa bagaikan hiburan.

Ada lagi model asal Polandia, Natalia Popis, yang lebih dulu datang ke Indonesia. Berbeda dengan Lera yang ketagihan mi ayam, Natalia justru ketagihan menu vegetarian seperti tahu dan tempe. ’’Saya agak takut mencoba makanan. Makannya cuma salad,’’ cerita model 19 tahun tersebut.

Tapi, suatu ketika, dia juga pernah kecolongan. Saat itu Natalia bersama rombongan menghabiskan liburan saat senggang pemotretan. Mereka meluncur ke Bromo dengan kendaraan pribadi. Udara yang dingin dan mata yang mengantuk membuat rombongan berhenti sejenak untuk mengisi perut.

’’Pilihannya cuma soto. Padahal, saya tidak suka soto. Kelihatannya seperti pipis,’’ ujarnya. Namun, tak disangka, obrolan yang mengasyikkan di antara mereka membuat Natalia tanpa sadar menyendokkan kuah soto ke mulutnya. Sedikit demi sedikit, akhirnya tandas juga.

’’Waktu itu saya kaget sekali. Teman saya diam saja. Setelah habis, baru diberi tahu ’Natalia, kamu habis makan apa?’ Saya makan tanpa sadar. Ternyata rasanya enak juga,’’ ujarnya tersipu.

Bekerja sama dengan orang Indonesia dirasakan model bertinggi 177 cm dan berat 50 kg itu penuh kejutan. Pernah dia bersemangat sekali saat didandani seorang make-up artist cilik asal Surabaya, Aisyah Laila. Saat itu Aisyah mendandaninya dengan edible make-up dari meises, cokelat warna-warni. ’’Idenya menarik, apalagi dia masih sangat muda,’’ ujarnya.

Bergaul dengan orang Indonesia juga mengajarkannya banyak hal tentang sopan santun. Saat makan bersama, misalnya. Mereka akan saling menunggu dan tidak mendahului untuk makan. Begitu juga tentang cara mengucapkan permisi saat melintas di hadapan orang. ’’Saya senang mempelajari kultur orang Indonesia,’’ ujarnya.

Cerita lain datang dari model paling anyar yang menjejakkan kaki di Indonesia, Martyna Tasiemska, asal Polandia. ’’Saya cinta terang bulan,’’ katanya lantang seraya tertawa. Yamartabak manis itu benar-benar membuatnya jatuh cinta pada cicipan pertama. Untunglah, Martyna bukan model yang paranoid pada kegemukan. Beratnya juga masih ideal pada angka 49 kg dengan tinggi 175 cm. Sebentuk terang bulan pun bisa dihabiskannya dalam waktu sekejap.

’’Indonesia orangnya ramah-ramah. Makanannya enak, tapi banyak yang pedas,’’ ucapnya. Berkesempatan merambah dunia modeling tanah air, bagi dia, merupakan kesempatan emas. Apalagi, tutur Martyna, perkembangan fashion di Indonesia cukup bagus. Banyak desainer Indonesia yang go international. Hal itu tak membuatnya berpikir dua kali untuk menerima tawaran bekerja di Indonesia.

’’Paling berkesan saat ada job di Bali. Bisa liburan dan kerja,’’ ungkapnya santai. Saat pemotretan pun, menurut Martyna, situasinya amat berbeda dengan di Eropa. Saat di Eropa, ujar dia, setiap pemotretan harus selalu serius dan tidak boleh bercanda. Ritme kerja di Indonesia memberikannya nuansa yang berbeda. ’’Mereka baik dan lucu. Bekerjanya fun,tapi juga serius. Saya nyaman bekerja di sini,’’ katanya.

Pengalaman di-hire agency Indonesia juga dirasakan Laura Kate Elizabeth Roberton. Model asal Melbourne, Australia, yang baru sekali ke Kota Pahlawan. Tepatnya, pada awal tahun ini dia menjadi model untuk Tinara Bridal. ’’Surabaya orangnya ramah, udaranya yang panas membuat saya ingin datang ke sana lagi,’’ ucap dara kelahiran Melbourne, 29 Desember 1993, tersebut.

Pemotretan di Surabaya berlangsung sangat cepat. Bertempat di Grand City, Laura melakukan sesi foto selama delapan jam. Sejurus kemudian, kembali ke Hotel, dia mendapat kamar di Hotel Majapahit. ’’Hotelnya bagus sekali, terasa nuansa Indonesia di dalam hotel mewah,’’ imbuh pengagum Audrey Hepburn tersebut.

Setelah itu, gadis dengan tinggi 175 sentimeter dan berat badan 62 kilogram tersebut langsung kembali ke bandara untuk kembali ke mother agency di Jakarta. Laura menolak menyebutkan gaji yang dia dapat. Tapi, yang jelas, bekerja sebagai model di luar negeri mendapatkan gaji yang lebih besar daripada model di tempat asalnya, Melbourne. ’’Mungkin karena pasar saya di sini, jadi saya dibayar mahal,’’ imbuhnya.

Maksud pasar itu adalah Laura memiliki mata biru, rambut gelap, dan kulit pucat. Model-model seperti itulah yang banyak dicari di Indonesia. Selain di Surabaya, Laura melakukan pemotretan di beberapa tempat lain. Tapi, kebanyakan adalah di Jakarta. Saat itu dia tinggal di Jakarta selama tiga bulan. ’’Baru kali ini saya tinggal di tempat yang banyak sepeda motornya,’’ ungkapnya lantas tertawa.

Selama itu pula, Laura mendapat banyak teman dan pengalaman baru. Selain Indonesia, dia pernah bekerja sebagai model di Korea Selatan dan Jepang. Untuk sementara, Laura memang fokus ke negara-negara di Asia. Sebab, dia sendiri masih tergolong pendatang baru di dunia modeling.

Kiprah awalnya dimulai pada Juni 2013. Saat itu Laura ditawari temannya yang merupakan seorang fotografer untuk menjadi model. Saat itu juga karirnya di dunia modeling dimulai. Ada mother agency yang menawarinyaphoto shoot di luar negeri. Laura pun tertarik. Dia mengurus visa kerja dan datang ke Korsel dan Indonesia untuk bekerja. Meski begitu, ke depannya Laura punya rencana menjajal peruntungan di Milan dan Jerman. (Rima Gusriana/Dinda Lisna/c17/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Antioksidan Produk Lebah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler