Gaji Guru Honorer Negeri Rp 300 Ribu, Ibu Ketum FGHNLPSI Rela Jadi Sopir Taksi Online

Senin, 07 Februari 2022 – 21:00 WIB
Ketum FGHNLPSI Heti Kustrianingsih saat aksi demonstrasi 27 Januari 2022. Foto: Dokumentasi FGHNLPSI for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Nasib guru honorer sangat nelangsa. 

Meski memiliki ijazah S1 serta berkompetensi tinggi, tetapi karena kebijakan yang berubah-ubah membuat para guru honorer pontang-panting mencari tambahan penghasilan.

BACA JUGA: 1.200 Tenaga Honorer Dipertahankan, Sudah Bekerja dan Tinggal Menunggu SK

Salah satunya seperti yang dialami Ketua Forum Guru Honorer Negeri Lulus Passing Grade Seluruh Indonesia (FGHNLPSI) Heti Kustrianingsih. 

Dia termasuk guru yang tergolong cerdas. 

BACA JUGA: Honorer K2 Tenaga Teknis Administrasi Galang Petisi untuk Jokowi dan MenPAN-RB

Indikatornya dapat dilihat dari keberhasilannya melampaui passing grade pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) yang ditetapkan lewat KepmenPAN-RB Nomor 1127 Tahun 2021. 

Ketika itu, hanya sekitar 90 ribu yang lulus passing grade dan sebagian tanpa afirmasi.

BACA JUGA: Pemkab PPU akan Mengevaluasi Kenaikan Gaji Honorer 

Nah, Heti termasuk yang lulus passing grade tanpa afirmasi. 

Ada sekitar 4.000 guru honorer negeri yang tergabung dalam FGHNLPSI. 

Mereka merupakan guru -guru cerdas lulus murni.

Mereka menjadi korban setelah pemerintah mengubah aturan menjadi KepmenPAN-RB 1169 Tahun 2021. 

Alhasil, dari sekitar 90 ribu, naik menjadi 173 ribu yang lulus.

Namun, Heti dan kawan-kawannya itu tersingkir karena dikalahkan oleh yang memiliki aifrmasi.

"Katanya mau mendapatkan SDM unggul, kok, guru yang lulus murni malah tidak direkrut?” kata Heti kepada JPNN.com, Senin (7/2).

Dia menyebut program Mendikbudristek Nadiem Makarim untuk guru honorer tidak mereka rasakan. 

Terbukti, untuk mengangkat guru honorer yang lulus passing grade saja masih berliku.

"Seharusnya saya dan kawan-kawan tinggal menunggu SK PPPK, tetapi nyatanya masih berkutat dengan status honorer," ucapnya.

Heti mengungkapkan banyak guru honorer negeri yang ketakutan akan diberhentikan oleh kepala sekolah. 

Kalaupun dipekerjakan, ujar dia, mata pelajarannya hanya sedikit. 

Sementara, gajinya dihitung berdasarkan jam kerja.

"Saya contohnya, gaji Rp 300 ribu, mana cukup untuk kebutuhan, bahkan saya dibilang kepsek enggak usah mengajar lagi. Saya tetap mengajar, tetapi kepsek bilang tidak digaji lagi," terangnya.

Untuk menutupi biaya kebutuhan hidup sehari-hari, Heti pun rela menjadi sopir taksi online.

Heti pun tidak bisa membayangkan bagaimana bila yang menjadi penumpangnya adalah siswa, maupun orang tua murid. 

Meski demikian, dia tidak malu dengan pekerjaannya tersebut, meskipun dalam hatinya menangis. 

Ya, menangis karena sosok guru malah tidak dihargai pemerintah.

"Apakah Mas Nadiem tahu, ya, kalau anak-anaknya (guru honorer negeri) itu kerja serabutan demi mendapatkan tambahan penghasilan? Kalau tahu, pasti kami yang sudah lulus passing grade ini tidak dipersulit lagi dan langsung diangkat PPPK," pungkas Heti. (esy/jpnn)


Redaktur : Boy
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler