JAKARTA - Gaji peneliti Indonesia yang disebut-sebut sangat minim dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia tampaknya tidak sepenuhnya benarSebab, kemarin Universitas Indonesia (UI) melansir besaran gaji peneliti yang ada di kampus tersebut
BACA JUGA: Syarat Sertifikasi Guru Diperketat
Ternyata, jauh lebih banyak dari yang disebut-sebut selama ini.Rektor UI Gumilar R Soemantri kemarin tidak sepakat jika gaji peneliti digeneralisir rendah
BACA JUGA: UI Klaim Sejahterakan Dosen dan Peneliti
"Untuk nominal maksimal peneliti inti mencapai Rp 38 juta," ujarnya di Foodism FX Plaza Jakarta.Lebih lanjut dia membuka data, gaji untuk dosen juga cukup tinggi karena bisa menembus angka 19 juta maksimalnya
BACA JUGA: Penelitian di Kampus Terbentur Minimnya Fasilitas
"Untuk peneliti inti, harus mampu membuat jurnal Internasional dan menerbitkan buku," imbuhnya.Angka yang diungkap Soemantri tentu jomplang dengan ungkapan Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Muhammad Said DiduRamai diberitakan, dia menyebut jika gaji seorang profesor riset di Indonesia hanya Rp 5,2 juta per bulan
"Kalah dengan gaji guru SD di Serang yang mencapai Rp 6,5 juta atau di Jakarta Rp 8,6 juta," katanyaTidak hanya itu, dia juga menyebut gap gaji makin lebar jika dibandingkan dengan negara lainSebagai contoh, gaji dinegara tetangga seperti Malaysia atau Singapura bisa menembus Rp 90 juta dan di Jepang hingga 900 juta per bulan.
Kembali ke UI, Soemantri mengatakan gaji tersebut untuk "menghabiskan" dana riset yang mencapai Rp 118 miliar per tahunTermasuk riset kompetitif yang besarannya mencapai Rp 30 miliarTingkat kesejahteraan dan dana riset yang tinggi dia klaim mampu meningkatkan persaingan diantara pengajar.
Dibuktikan dengan banyaknya proposal penelitian yang mampir dimejanya untuk disetujuiKalau dibawah 2007 sebelum ada penataan administrasi jumlah proposal hanya sekitar seratus, kini mencapai seribuan berkas"Mulai paket penelitian yang dananya Rp 100 juta hingga Rp 1 miliar diperebutkan dengan baik," tandasnya.
Efeknya, menurut Soemantri cukup positifSebab, semua itu merangsang para peneliti untuk menghasilkan karya lebih banyakBahkan, saat ini UI memiliki sedikitnya 2 ribu penelitian yang dipatenkanSayang, dari jumlah tersebut menurutnya yang sudah diterapkan ke dunia industry hanya 20 persennya.
Meski demikian, dia mengamini jika rata-rata pendapatan peneliti di Indonesia masih minimApalagi, anggaran riset di Indonesia hanya berkisar 0,01 persen dari total Produk Domestik Brutto (PDB)Anggaran itu diyakini tidak akan mampu menciptakan iklim akademik yang penuh inovasi dan kreativitas.
Terpisah, di UGM Jogjakarta, Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Umar Anggara Jenie mengatakan jika anggaran penelitian masih rendahJadi, bukan masalah kesejahteraan saja yang menurutnya harus diperbaikiSebab, saat ini anggaran penelitian hanya sekitar Rp 50 juta kebawah.
Idelanya, anggaran penelitian sedikitnya bisa mencapai Rp 300 jutaMinimnya dana menurutnya bisa berakibat pada munculnya hasil penelitian yang kurang layak patenUjung-ujungnya, Indonesia bisa makin tertinggal oleh negara lain"Karena itu, hingga kini Indonesia masih ketergantungan dengan hasil penelitian bioteknologi Negara maju," tuturnya(dim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 68 Ribu Jiwa Lebih Masih Buta Huruf
Redaktur : Tim Redaksi