Gandeng Dokter dan Rumah Sakit untuk Gratiskan Operasi

Kamis, 09 Desember 2010 – 08:08 WIB

Menjadi desainer ternama, bagi Anne Avantie, masih belum lengkap jika tak disertai rasa peduli terhadap mereka yang menderitaAtas dasar itulah, sejak 2000, dia aktif membantu menggratiskan biaya operasi para penderita hydrocephalus

BACA JUGA: Harry A Poeze, 4 Dasawarsa Memecahkan Misteri Tan Malaka


 
=====================
 Priyo Handoko, Semarang
=====================
 
SUASANA di sebuah rumah di Jalan Sanggung Barat 3B, Semarang, tampak lengang
Dari bentuknya, rumah tersebut tak berbeda dari rumah-rumah di sekitarnya

BACA JUGA: Ada Rumput Sintetis untuk Buang Kesan Mengerikan

Yang membedakan, di depan rumah itu ada tulisan cukup mencolok: Wisma Kasih Bunda, Pelayanan Kasih Hydrocephalus.
 
Di halaman rumah itu yang tidak terlalu luas, terdapat ayunan yang menyatu dengan rumah mainan mungil
Satu kuda-kudaan merah menyala berada di sampingnya

BACA JUGA: Mengunjungi Gayus Tambunan di Rumah Tahanan Cipinang

Namun, suasana hening tiba-tiba dipecahkan oleh suara tangis bayi dari dalam rumah"Ayo, silakan masukKebetulan, saya hendak melepas jahitan bekas operasi si Vara," ajak Any Setiarti yang biasa disapa suster Anik kepada Jawa Pos dengan ramah, Sabtu pekan lalu (4/12).
 
Vara Meysya Putri Taibesh, nama lengkapnya, adalah bayi empat bulan penderita hydrocephalus atau penumpukan cairan otak yang berlebihan di kepalaSalah satu ciri kelainan itu yang gampang dikenali adalah bentuk kepala yang membesarPada 24 November lalu, Vara menjalani operasi untuk penyembuhannya
 
Siang itu, Vara digendong ibunya, Futhatin Ni"mah"Sabar ya Dik, sebentar lagi sembuh kok," ujar Ni"mah, sang ibunda, dengan mata berkaca-kaca melihat buah hatinya menggeliat menahan sakitWarga Grobogan, Jawa Tengah, itu datang dari keluarga tidak mampuDi rumah tersebut, Vara dirawat dua susterMereka akrab disapa suster Anik dan suster Lia
 
Wisma Kasih Bunda tak ubahnya "rumah singgah" yang memberikan pelayanan praoperasi dan observasi pascaoperasiPasien hydrocephalus yang datang ke Wisma Kasih Bunda dibantu untuk mendapatkan pelayanan operasi gratis di RS St Elisabeth, Semarang.
 
"Sejak didirikan pada 2003, sampai sekarang Wisma Kasih Bunda ini tidak berbentuk yayasanTidak saya badan hukumkan dan tidak ada pengurusnyaBuka saja 24 jamSiapa yang masuk kami terima sebagai pasien yang layak ditolong," tegas Anne Avantie, pendiri Wisma Kasih Bunda.
 
Wanita kelahiran Semarang, 20 Mei 1954, tersebut selama ini dikenal sebagai desainer ternama yang menjadi ikon kebaya kontemporer di IndonesiaMengapa belum berbadan hukum? "Panggilan itu murni pribadi, bisa datang dan pergiSaya tidak ingin karena sebuah aturan akhirnya tidak bisa pergi dan kembaliSaya tidak tahu apakah panggilan ini akan terus ada sampai saya matiIntinya, saya hanya ingin menjaga kemurnian keikhlasan," tutur penganut Katolik yang sangat taat itu.
 
Dua dinding kamar di sisi terdepan rumah yang berstatus kontrakan tersebut telah dijebol sehingga tidak lagi bersekatSatu ruangan digunakan untuk menempatkan seperangkat komputer lengkap dan menyimpan obat-obatanSatu ruangan lagi langsung menyatu dengan ruang tamuTampak sejumlah boks bayi dan lemari kecil.
 
Di bagian belakang rumah, terdapat ruangan yang khusus disediakan untuk melakukan fisioterapi terhadap pasienRuangan itu berukuran 8 x 8 meterDinding-dinding rumah penuh gambar aksesori binatang dan tokoh kartunAda juga beberapa patung Bunda MariaSebuah pohon Natal berdiri tegak di dekat pintu masuk lengkap dengan tulisan Merry Christmas.
 
Pascaoperasi, para pasien biasanya kembali ke Wisma Kasih Bunda, setidaknya selama tiga hari untuk diobservasiPara orang tua pasien yang biasanya berasal dari kalangan kurang mampu itu sekaligus diberi "asupan" ilmu praktis untuk mendampingi anak mereka dalam pemulihanTapi, tidak tersedia kamar khusus bagi merekaUntuk tidur, mereka langsung menggunakan kasur atau matras di lantai.
 
Anne menceritakan, dirinya terpanggil untuk membantu penderita hydrocephalus melalui sosok Aris MansoriSuatu hari pada awal 2000, Joseph Henry Susilo, suami Anne, membawakan sebuah surat kabar besar di SemarangDalam salah satu halamannya, ada berita mengenai Aris Mansori, penderita hydrocephalus asal Rembang, yang membutuhkan donatur.
 
Anne yang tersentuh spontan meminta seorang temannya di Rembang untuk menyalurkan sumbangan Rp 100 ribuTernyata, keluarga Aris salah persepsiMereka menyangka itu adalah bantuan uang transpor ke Semarang dari donatur yang akan membantu mengoperasikan ArisSaat bertemu langsung itulah, Anne justru seperti mendapat ilham.
 
"Saat saya masukkan jari telunjuk saya di antara jari tangannya (Aris Mansori, Red) yang langsung digenggamnya, di situlah saya mendapatkan chemistry yang saya imani sampai sekarang," ungkap ibu tiga anak pemilik butik Roemah Penganten di Grand Indonesia Shopping Town, Jakarta Pusat, tersebut.
 
Dengan memberanikan diri, Anne lantas meminta bantuan RS St Elisabeth, SemarangDari sana, dia berkenalan dengan dr Mochamad Amanullah SpBS, dokter bedah saraf, yang sampai sekarang menjadi relawan membantu pasien-pasien yang ditampung di Wisma Kasih BundaPada 27 April lalu, Aris merayakan ulang tahun kesepuluh.
 
Sebelum membantu Aris, sebenarnya Anne sudah menjadi relawan di RS St Elisabeth selama dua tahunDia menyatakan terinspirasi ibunya, Amie Indriati, yang berhasil sembuh dari kanker serviks stadium 3B"Saya merasa Tuhan itu menolong saya terusJadi, sebelum menemukan panggilan, saya mau balas-balasanKok Tuhan baik, saya mau balas Dia," katanya lantas tersenyum.
 
Kabar mengenai bantuan Anne Avantie kepada Aris Mansori tersebut, tampaknya, sampai kepada Bekti Wisnutomo dan Peni RespatiPasangan itu kebetulan juga memiliki anak penderita hydrocephalus bernama Bayu RespatiDari keluarga Respati, Anne mendapat saran untuk mendirikan semacam tempat pertemuan atau rumah singgah bagi para penderita hydrocephalus

Tapi, usul itu tak langsung diresponsSebab, saat menolong Aris, sudah banyak suara miring yang mengkaitkan tindakan Anne itu dengan popularitas"Saya tidak siap memproklamasikan diriSaya AnneSaya relawan rumah sakitSaya bekerja untuk penderita hydrocephalusItu saya tidak siap," kenangnya.
 
Karena itu, Anne hanya terus memberikan bantuan melalui Pelayanan Kasih Hydrocephalus yang bekerja sama dengan RS St ElisabethBaru tiga tahun kemudian atau pada 2003, Anne memperoleh keberanian untuk membuat terobosan besar dengan mendirikan sebuah rumah singgah "yang saat itu masih bernama Wisma Kasih Hydrocephalus"Prosesnya tidak mudah, sampai akhirnya saya bisa mengangkat jari, ya saya," ujar Anne yang hanya berpendidikan SMA dan menjadi desainer secara otodidak itu.
 
Dalam perjalanannya, ternyata banyak pasien dengan jenis penyakit lain yang datangMulai atrecia ani, megacolon, suspect epilepsy, celebral atropi, sampai tumorKarena itu, mulai 2008, nama rumah singgah tersebut diubah menjadi Wisma Kasih Bunda.
 
Menurut Anne, selain RS St Elisabeth, dr Mochamad Amanullah, Kepala Wisma Kasih Bunda Margaretha Widyawati, serta para suster di wisma, keterlibatan biarawati relawan suster Fidelia O.S.Fjuga sangat pentingSelama ini, dana dari donatur disimpan dan dikelola suster FideliaDana yang terkumpul sepenuhnya digunakan untuk biaya operasi dan perawatan.
 
"Yang jelas, tidak pernah kekurangan," kata Anne saat ditanya jumlah donatur tetap Wisma Kasih BundaSampai sekarang, Wisma Kasih Bunda telah membantu menggratiskan biaya operasi serta pengobatan lebih dari 800 pasienSebagian besar merupakan penderita hydrocephalus.
 
Setelah menjalankan Wisma Kasih Bunda selama sepuluh tahun ini, Anne ternyata menyimpan mimpi yang cukup unik"Ingin berhenti dari dunia fashion selagi saya mampuMembesarkan wisma menjadi klinik kemanusiaanMelepas sepatu high heels, kepingin tidak berkonde, pingin murni punya klinik sendiri," ungkapnya.
 
Dia menyatakan, sekarang pun dirinya sebenarnya bisa membangun klinik dengan fasilitas lengkap tersebutSoal uang bukan masalahTapi, bagi Anne, itu membutuhkan "panggilan" yang lebih dalam.
 
Menjadi tokoh yang lumayan populer di Jawa Tengah dan memiliki sumber daya finansial yang cukup kuat membuat Anne kerap mendapat tawaran bergabung dari parpolTapi, dia selalu menolak secara halus dengan alasan belum siap.
 
"Saya bilang, saya punya partai sendiri, malah partai Anne AvantieSaya punya banyak tugas yang harus diselesaikanUntuk berbuat lebih besar untuk sebuah negara, saya belum siapSaya ingin mengurus diameter yang paling kecil yang Tuhan izinkan boleh terjadi dalam hidup sayaYa yang dititipkan kepada saya ini," ujarnya(*/c5)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Harry Lumantouw Lima Tahun Cuci Darah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler