jpnn.com, JAKARTA - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengapresiasi para aktivis yang merawat dan mengembangkan hutan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Hutan Mangrove Muara Kali Ijo di Desa Ayah, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen.
“Ini kegiatan masyarakat puluhan tahun baru bisa kita rasakan sekarang. Maka saya titip untuk dijaga, yang mangrove tadi ditanam paling tidak butuh waktu tiga tahun" ungkap Ganjar dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (28/7).
BACA JUGA: BRGM Targetkan Rehabilitasi Mangrove Seluas 11.000 Hektare di 2022
Dia tahu selama tiga tahun itu proses perawatannya musti intensif betul.
"Maka kami libatkan pelajar, aktivis (lingkungan), kampus agar semua peduli. Ini contoh bagus,” ungkap Ganjar.
BACA JUGA: Ganjar Luncurkan Aplikasi Jogo Konco Untuk Lindungi Anak dari Perundungan
Dia menyebut pohon bakau yang ditanam telah menjadi ekosistem yang bagus.
Pohon-pohon baru yang ditanam juga akan menambah fungsi penahan air pasang laut, dan menjadi tempat ikan-ikan tumbuh.
BACA JUGA: Sukarelawan Orang Muda Ganjar Beri Bantuan kepada Ribuan Petani di Gunung Kidul
Hasil dari hutan mangrove itu, kata dia, banyak tanaman lain yang juga menghasilkan produk bernilai ekonomi.
“Kami ingin coba kembangkan lagi pariwisatanya, karena di sana tadi ada budidaya ikan sama kepiting. Saya harapkan tidak hanya sekadar budidayanya, tapi juga produksinya,” jelas Ganjar.
Ganjar menilai ketika budidaya sukses dan mulai bisa memproduksi ikan dan udang, maka akan sangat bagus.
Terlebih, lanjut Ganjar, budidaya itu untuk mendukung pengembangan ekowisata.
Pengunjung yang datang tidak hanya belajar tentang mangrove atau berkeliling hutan mangrove.
“Jadi, kalau nanti produksinya bagus, kita minta untuk dikembangkan ini menjadi tempat wisata, kalau orang datang ke sini makan ikan, makan kepiting,” ungkapnya.
Kendati demikian, Ganjar mengakui untuk pengembangan ekowisata, masih banyak hal yang perlu diperbaiki.
Dia mencontohkan, jogging track yang sudah ada saat ini masih harus dibenahi.
Kemudian, material bambu yang digunakan dinilai masih kurang kuat.
“Kalau itu dari bambu enggak kuat, itu mestinya dibuat dari kayu ulin begitu. Mudah-mudahan nanti ada yang bisa segera merencanakan untuk kita bisa eksekusi itu, bagus,” jelas Ganjar. (mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul