jpnn.com - jpnn.com -Kemelut antara PT Freeport Indonesia (PTFI) dan pemerintah pusat berdampak buat masyarakat di Kota Timika, Papua. Salah satunya di bidang ekonomi pasar.
Aktivitas Pasar Sentral Hasanuddin Timika yang biasa tampak ramai dengan pengunjung dan dipadati kendaraan roda dua maupun roda empat, kini terlihat sepi. Kondisi ini terjadi akibat dari kemelut PTFI.
BACA JUGA: Gerindra Minta Jokowi Hati-hati dengan Mafia MR dan GY
Ya, dampak ketidakjelasan operasional PTFI tidak hanya dirasakan pengusaha, bisnis perhotelan dan jasa perbankan saja. Jual beli di Pasar Sentral Hasanuddin tak menentu sejak Februari lalu.
Salah seorang pedangan sayur, Mirnawati mengatakan, lapaknya sepi pembeli sejak seminggu yang lalu. Padahal sayur yang dia jual termasuk murah. Seperti sayur kangkung, bayam, kacang panjang dan lainnya. Sayuran dalam ikatan besar, dipatok dengan harga Rp 5 ribu lantaran sayur saat ini sudah mulai dipanen oleh petani.
BACA JUGA: DPR Papua Ingin Bahas Freeport dengan Jokowi
Akan tetapi, dari pagi menjual, sekitar satu jam baru mendapatkan Rp 5.000, berselang satu atau dua jam kemudian penghasilan baru bertambah Rp 10.000. Hal ini terjadi juga, di saat pengunjung datang memilih sayur, hanya melihat-lihat namun tidak membeli.
“Kalau dia (pembeli) datang, pilih-pilih sayur dari atas sampai bawa. Untung kalau dia beli ada juga yang cuma pilih tapi tidak beli,” katanya kepada Radar Timika.
BACA JUGA: Kisruh Freeport: Jeritan Si Burung Tambang
Mirnawati menuturkan, biasanya sehari dirinya bisa mendapat keuntungan kisaran Rp 900 ribu, namun terkait dengan kondisi saat ini hanya meraup omset sebesar Rp 200 ribu.
Tidak hanya penghasilan yang sedikit, akan tetapi sayuran terkadang tidak laku dibeli. “Cuma Rp 200 ribu saja satu hari,” keluhnya. (yoshi ohee/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Curigai Freeport Sembunyikan Mineral Khusus dari Papua
Redaktur & Reporter : Adek