jpnn.com - JAKARTA - Larangan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti terkait penggunaan pukat harimau untuk menjaring ikan maupun menangkap lobster dan kepiting bertelur mendapat apresiasi tinggi.
Para pengusaha menyambut baik kebijakan itu. Pasalnya harga ikan nasional menjadi layak diperhitungkan. Susi mengatakan, kini harga ikan naik sekitar 20-30 persen dibandingkan sebelumnya.
BACA JUGA: Pemda Terancam Gagal Dapat Formasi, Jika....
"Saya dapat berita bagus dari kawan eksportir tuna kaleng ke Dubai, itu harganya naik sekitar 20-30 persen yang untung pengusaha. Saya senang ciptakan iklim seperti ini, kebijakan kita jadi multiplier efek. Mengosongkan pasar dunia sehingga harga ikan naik tinggi," papar Susi di kantornya, Jakarta, Selasa (17/2).
Meski begitu, menteri yang jarang dandan dan berpenampilan tomboy ini tak mau cepat berpuas diri. Menurutnya, masih ada sejumlah pekerjaan rumah yang mesti dikejar. Di antaranya ialah mendapatkan pembebasan biaya ekspor sebesar 22 persen.
BACA JUGA: Abraham Samad Tersangka, Ical: Polisi Punya Data
Untuk itu dia meminta supaya Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri turun tangan menangani hal tersebut. "Kami desak departemen perdagangan dan departemen luar negeri untuk advokasi negara agar dapat fasilitas yang sama (bebas biaya ekspor 22 persen) seperti di Filipina," tegas Susi.
Bila fasilitas tersebut berhasil dikantongi Indonesia, maka para pengusaha bakal mendapatkan penghasilan yang berlipat. "Kalau dapat, pengusaha Indonesia cakalang tuna bisa lebih gembira lagi dapat insentif 22 persen," tegas Susi. (chi/jpnn)
BACA JUGA: Jokowi Tinggalkan Bogor Demi Bertemu Surya Paloh di Jakarta
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Tewas Karena Obat Tertukar, Menkes: Tunggu Hasilnya Ya Dek
Redaktur : Tim Redaksi