jpnn.com - Penyanyi balada Iwan Fals pernah menyindir buruknya pelayanan kereta api dalam lagu "Kereta Tiba Pukul Berapa".
Sampai stasiun kereta pukul setengah dua, duduk aku menunggu, tanya loket dan penjaga, kereta tiba pukul berapa, biasanya kereta terlambat dua jam mungkin biasa.
BACA JUGA: Garuda Indonesia Terancam Bangkrut, Andre Singgung Utang Masa Lalu
Masih mending hanya terlambat satu atau dua jam.
Banyak yang mengolok-olok kereta api bisa terlambat sampai hitungan hari. Karena itu kepanjangan PJKA dipelesetkan menjadi "Pulang Jumat Kembali Ahad".
BACA JUGA: Garuda Indonesia Terapkan Program Pensiun Dini, Karyawan Bereaksi
Itu cerita lama.
PJKA sudah berubah dari perusahaan jawatan menjadi perseroan terbatas dan namanya berubah menjadi PT KAI.
BACA JUGA: Soal Nasib Karyawan Garuda, Catat Nih Janji Erick Thohir
Di bawah direktur utama Ignasius Jonan, PT KAI melakukan transformasi besar dan menjadi alat transportasi yang bisa diandalkan.
Kondisi gerbong bersih, layanan sangat baik, dan yang paling penting, jadwalnya tepat.
Transformasi kereta api yang luar biasa ini menunjukkan bahwa sebuah perusahaan milik negara yang terlihat ruwet dan nyaris tidak bisa dibenahi, ternyata bisa berbalik 180 derajat menjadi sarana transportasi yang nyaman dan membanggakan.
Kuncinya cuma satu, seorang direktur utama yang cakap dan profesional.
Ignasius Jonan membuktikan kapabilitas profesionalnya di balik transformasi fenomenal itu. Atas prestasinya ini Jonan dipromosikan menjadi menteri perhubungan dan kemudian menteri energi dan sumber daya mineral.
PT KAI menjadi contoh sukses penanganan perusahaan transportasi milik negara yang paling membanggakan.
Sebaliknya, PT Garuda Indonesia menjadi contoh paling memilukan bagaimana sebuah perusahaan transportasi milik negara dikelola.
Garuda Indonesia sekarang terus-menerus rugi dan menumpuk utang sampai Rp 70 triliun rupiah. Tak pelak, berbagai ledekan pun muncul. Salah satunya memelesetkan "Garuda" dengan kepanjangan Good And Reliable Under Dutch Administration, atau bagus dan terandalkan di bawah pemerintahan Belanda.
Ini bukan sekadar candaan kosong, tetapi punya dasar yang relevan.
Kata orang Jawa "guyon parikeno" candaan yang mengena. Candaan ini didasarkan pada kenyataan sebenarnya, karena awalnya Garuda adalah maskapai milik pemerintah Belanda yang beroperasi di Indonesia, yaitu KNILM-IIB.
Setelah Konferensi Meja Bundar dan pengakuan kedaulatan pada 1949, maskapai ini kemudian diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Bung Karno kemudian menamai maskapai seserahan ini dengan Garuda.
Di bawah manajemen pemerintah Indonesia, Garuda berkembang bagus. Maskapai ini pernah mendapat julukan sebagai “maskapai terbesar di belahan bumi bagian selatan” pada era 1970-1980-an, karena banyaknya armada yang dimiliki.
Pada era 2000-an, Garuda juga sempat masuk dalam jajaran sepuluh besar maskapai terbaik di dunia versi lembaga survei berpengaruh Skytrax.
Namun, anehnya semua itu bukan berarti Garuda adalah sebuah maskapai yang berhasil dan sehat. Terbukti pada setiap akhir tahun, hampir selalu laporan keuangannya membukukan kerugian.
Ada beberapa tahun laba, tetapi jumlahnya masih kalah jauh dibanding kerugiannya.
Bongkar pasang direksi dan pengelolaan karyawan Garuda pun dilakukan dari dulu hingga kini. Dengan isu yang hampir selalu sama, untuk menyehatkan perusahaan Garuda, maskapai kebanggan Indonesia. Makanya timbul candaan itu, apa sebaiknya Garuda dibalikin saja ke Belanda agar jadi lebih baik.
Soal ledek-meledek adalah hal yang biasa, bahkan di kalangan frequent flyer, para pelanggan terbang, banyak beredar joke-joke dan pelesetan lucu. Perusahaan penerbangan milik Australia QANTAS dipelesetkan menjadi Quick And Nasty Terrible Australian Service (pelayanan Australia yang terburu-buru dan buruk).
Kepanjangan Boeing dipelesetkan menjadi Broken Off Engines In Numerous Gardens (seringkali kejadian mesik rusak).
Namun, candaan soal Garuda ini tidak main-main. Kabar terbaru yang viral menunjukkan surat terbuka Komisaris Garuda Peter Gontha yang meminta gajinya tidak usah dibayar dulu, supaya meringankan beban Garuda yang sampai sekarang masih merugi.
Gontha tidak mau menerima gaji komisaris karena prihatin dengan kondisi Garuda. Surat terbuka ini juga menjadi protes terbuka terhadap praktik manajemen Garuda yang dianggapnya tertutup.
Kehadiran Gontha sebagai komisaris dirasakannya muspra, tidak ada gunanya, karena direksi tidak pernah mendengar saran dari komisaris dan terkesan tidak membutuhkan adanya komisaris.
Surat terbuka Gontha ini bisa jadi menjadi sindiran kepada komisaris lain di PT Garuda. Salah satunya ialah Yenny Wahid, putri KH Abdurrahman Wahid.
Ketika Menteri BUMN Erick Thohir mengangkat Yenny sebagai komisaris independen Garuda, banyak suara protes karena mempertanyakan kompetensi Yenny.
Kasusnya sama saja dengan KH Said Agil Siradj yang diangkat menjadi komisaris PT KAI. Kompetensinya dipertanyakan dan diragukan.
Bedanya dengan Yenny, Kiai Said lebih beruntung karena PT KAI berkinerja bagus dan selalu untung.
Kompetensi Yenny kembali diungkit karena surat terbuka Peter Gontha itu viral ketika masyarakat masih panas memperbincangkan Abdee Slank sebagai komisaris PT Telkom. Pengangkatan Abdee dianggap sama dengan pengangkatan Yenny dan Kiai Said, sekadar bagi-bagi jabatan untuk para pendukung Jokowi.
Mengapa PT KAI yang awalnya ‘’nasty and terrible’’ bisa disulap menjadi perusahaan yang profesional dan profitable, sementara Garuda yang sudah punya pangsa bagus malah berubah menjadi ‘’nasty and terrible’’?
Jawabnya ialah manajemen yang bersih dan jujur.
Garuda digerogoti banyak kasus korupsi.
Mantan Direktur Utama Garuda Emirsyah Satar ditangkap KPK pada 2020 karena menerima sogok mark up pembelian pesawat.
Emirsyah divonis hukuman delapan tahun penjara dan denda Rp 1 miliar terkait pengadaan pesawat dan mesin pesawat di PT Garuda Indonesia serta tindak pidana pencucian uang.
Garuda juga menjadi sorotan publik ketika Direktur Utama Ari Askhara ketangkap basah menggunakan pesawat Garuda untuk menyelundupkan motor Harley Davidson dan sepeda Brompton dalam penerbangan Paris-Jakarta. Menteri BUMN Erick Thohir langsung memecat Ari Askhara.
Pada masa kepemimpinan Ari, Garuda mendapat banyak sorotan karena menerapkan larangan kepada penumpang untuk mengambil foto dan video dalam pesawat. Ini terjadi setelah seorang youtuber mengunggah video seorang pramugari yang menulis menu makanan untuk penumpang dalam secarik kertas. Video ini viral dan pelayanan Garuda banyak mendapat kritik karena tidak profesional.
Pada masa kepemimpinan Ari ini juga muncul ke publik kasus pelecehan seksual dan skandal yang melibatkan direksi terhadap karyawan maupun pramugari. Kasus yang sempat viral ini menguap begitu saja.
Pengelolaan yang tidak profesional dan direksi yang korup menjadi salah satu faktor penting jebloknya kinerja Garuda. (*)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi