Garuda Bahagia, Penjamin Merana

Harga Saham Melorot di Pencatatan Perdana

Sabtu, 12 Februari 2011 – 17:21 WIB
JAKARTA - "Landing" hari pertama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) di lantai bursa tidak mulusTarget perseroan untuk meraup dana Rp 3,3 triliun dari hasil go public itu memang tercapai, tetapi sahamnya langsung melorot ditutup di level Rp 620 per saham dari pembukaan di Rp 750.

Pencatatan perdana saham GIAA di Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin dihadiri oleh seluruh direksi BUMN penerbangan itu dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mustafa Abu Bakar

BACA JUGA: IHSG Balik Arah di Injury Time

Setelah dibuka, saham maskapai penerbangan nasional itu langsung turun dan menyentuh level terendah Rp 580.

Mustafa mengatakan, GIAA memang sudah dijadwalkan listing saat ini juga, walaupun di luar dugaan, pasarnya sedang tidak mendukung
"Karena berani melangkah ketika pasar global lemah, jadinya turun

BACA JUGA: Unilever Tender Offer Saham Sara Lee

Kita berharap semoga segera berada pada angka yang stabil
Mungkin enam bulan kemudian baru akan stabil," ujarnya di BEI, kemarin.

Berani melantai, kata Mustafa, harus berani ambil risiko

BACA JUGA: Pengembang Geothermal Tidak Perlu Tunggu Perpres

Hal tersebut yang dihadapi GIAA saat iniMeski begitu, pihaknya masih optimis bahwa GIAA akan menjadi salah satu saham unggulan di masa mendatang"Garuda sudah bintang 4, semoga bintang 5 nantiNilai saham akan sama dengan prestasi," paparnya.

Direktur Utama GIAA Emirsyah Satar mengatakan, pihaknya tidak bisa campur tangan dan di luar kuasa terkait dengan kinerja saham di hari pertama"Kalau dari kami kan, sebenarnya target dari awal untuk mendapatkan dana Rp 3,3 triliun sudah tercapaiSaya tidak tahu dari mana datangnya kabar bahwa IPO ini bisa raih dana, bahkan sampai ada yang bilang Rp 7 triliun," ungkapnya.

Emir mengatakan, seluruh dana yang didapat dari hasil melantai itu akan digunakan untuk meningkatkan kinerja perseroan"Yang terpenting buat Garuda, semua saham terserap," ucapnya.

Perseroan ini akan fokus merestrukturisasi diri dan dalam jangka pendek, sampai dengan 2016 semua utang sudah lunasSisa utang saat ini sebesar USD 270 juta dari total semula USD 460 juta dan akan dibayar per tahun USD 40 juta"Pada 2016 sudah selesai," imbuhnya.

Sementara itu, penjamin emisi penawaran saham perdana GIAA yang terdiri atas Danareksa Sekuritas, Mandiri Sekuritas, dan Bahana Securities, disebut bertanggung jawab menyerap saham yang tidak ditebus investor senilai Rp 2,25 triliunDalam data di BEI, saham yang belum bertuan itu mencapai 3,008 miliar lembar, atau sekitar 47,5 persen dari saham yang ditawarkan.

Direktur Utama Danareksa Sekuritas, Marciano Herman mengatakan, sebanyak tiga miliar lembar saham yang tidak terserap investor akan diserap oleh ketiga penjamin emisi"Kami siap saja membeli saham yang tidak terjual, karena kami melihat fundamentalnya bagus," ujarnya.

Pihaknya mengaku tidak khawatir hal tersebut memengaruhi modal kerja bersih disesuaikan perusahaan efek (MKBD), karena selain menjadi pelaksana penjamin emisi, Danareksa masih memiliki dua jenis bisnis lain; Perantara Pedagang Efek dan Manajer Investasi.

Managing Director UBS Securities, Vincent Rajiv Louis mengatakan, koreksi harga yang terjadi karena dipengaruhi oleh faktor inflasi global, sehingga waktu pencatatan saham perdana yang dilakukan tidak tepat"Investor asing mengakui kalau harga ini memang mahal, tapi mereka menyukai fundamental dan manajemen perusahaannyaJadi tinggal tunggu waktu saja sampai asing masuk kembali dan mengincar saham Garuda," yakinnya(gen/kim/ito/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Honda Jazz, Empat Kali Top Brand Award


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler