jpnn.com - TARAKAN – Kunjungan Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek ke Kota Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara), Sabtu (18/4) lalu, telah disampaikan usulan pembangunan rumah sakit jiwa di provinsi ke-34.
Ini mengingat Ruang Teratai yang dimiliki RSUD Tarakan yang melayani pasien kejiwaan sudah over kapasitas. Sehingga dibutuhkan dukungan anggaran dari pemerintah pusat. Sayangnya usulan tersebut belum bisa diaminkan Menteri Nila.
“Untuk membangun RSJ khusus Kaltara, saya kira sebaiknya tidak perlu seluruh provinsi memiliki RSJ sendiri-sendiri. Nanti dikira banyak yang gila kalau semua provinsi di Indonesia punya RSJ. Lebih baik prioritaskan untuk rumah sakit daerah,” kata Nila saat bertandang ke RSUD Tarakan, Sabtu (18/4) lalu.
BACA JUGA: Kepergok Sedang Indehoi Sepasang Mahasiswa Diarak Keliling Kampung
Direktur RSUD Tarakan, dr. Wiranegara Tan pun menanggapi komentar Menteri Nila tersebut. Menurutnya, jika RSJ Kaltara dibangun akan menciptakan mindset orang gila di Kaltara banyak. Selain itu juga saat ini anggaran pemerintah defisit.
“Tapi nanti kalau sudah baik semua dan dana mendukung, pasti akan kami perbaiki lagi khususnya Ruang Teratai yang memang kami akui saat ini overload pasien. Hanya saja pemahaman masyarakat juga penting di sini, kalau tidak ada disediakan ruangan sakit jiwa artinya kami mengharap jangan sampai kena sakit jiwa,” kata dokter Wira, Selasa (21/4).
BACA JUGA: Natuna Bagian Saksi Bisu Konferensi Asia Afrika Pertama
“Makanya kalau saya siapkan ruangan saya sama saja siapkan mereka untuk sakit jiwa,” sambungnya berseloroh.
Dokter Wira menuturkan, meskipun Menteri Nila tidak berencana membangun RSJ Kaltara, tetapi Ruang Teratai akan ditingkatkan. Sebab hingga saat ini Ruang Teratai RSUD Tarakan menjadi rujukan setiap kali ada kasus sakit jiwa se-Kaltara.
BACA JUGA: Curi Motor untuk Beli Narkoba
“Dan kami tidak pernah menolak pasien jiwa dari seluruh Kaltara yang datang. Hanya saja satu, yaitu fasilitas kami ini kurang lengkap. Bayangkan bangunan untuk pasien sehat saja belum selesai apalagi pasien untuk sakit jiwa, belum lagi permasalahan lift yang terbatas penggunaannya,” ujarnya.
Jumlah pasien Ruang Teratai RSUD Tarakan hingga bulan ini tercatat 57 orang. Sedangkan kapasitas normal Ruang Teratai untuk 20 orang. Artinya saat ini Ruang Teratai mengalami overload sebanyak 37 pasien.
Masalah yang terjadi dari kondisi tersebut, ungkap Dokter Wira, sering kali pasien berbuat onar. Yakni dengan merusak sarana prasarana (sarpras) yang ada di dalam ruangan. Pihak RSUD Tarakan sendiri telah berupaya mengatasi masalah ini dengan perbaikan sarana prasarana (sarpras) yang ada.
“Namun meski sudah diperbaiki tempat tidurnya pun sudah dihancurkan lagi mereka dan mereka lebih memilih tidur di bawah. Kami mau apain lagi, terpaksa tidur bertikar saja. Dari dulu sudah over kapasitas ini kan bukan rumah sakit jiwa. Ini rumah sakit di dalam rumah sakit, hospital in the hopsital, siapapun masuk kami tampung. Kalau dia memang tidak sampai agresif atau tidak sampai membuat dia destruktif kami kasihkan ruangan biasa,” urainya.
“Sebaliknya jika dia agresif dan desktruktif kita pindahkan ke belakang, jadi tidak merasa dia akan dikurung, kadang orang yang melihat tidak manusiawi tapi mau bagaimana lagi,” tandasnya.(*/zia/ris/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dilarang Naikkan Penumpang di Area Terlarang, Sopir Taksi Tinju Petugas Bandara
Redaktur : Tim Redaksi