Natuna Bagian Saksi Bisu Konferensi Asia Afrika Pertama

Selasa, 21 April 2015 – 20:55 WIB
Natuna Bagian Saksi Bisu Konferensi Asia Afrika Pertama

jpnn.com - NATUNA - Sejarah digelarnya konferensi Asia Afrika (KAA) pertama di Bandung tahun 1955 silam, sangat erat kaitannya keberdaan bangkai pesawat didasar laut Natuna.

Meski tidak mendapat perhatian pemerintah daerah, bangkai pesawat yang menurut cerita masyarakat adalah ditumpangi belasan penumpang, merupakan delegasi Republik Rakyat China (RRC), untuk mengahadiri  KAA pertama di Bandung.

BACA JUGA: Curi Motor untuk Beli Narkoba

Menurut informasi masyarakat, pesawat dengan nama Kashmir Princess ditumpangi 19 penumpang, jatuh di perairan Natuna, tepatnya 2 mil dari Pulau Selaut Kecamatan Bunguran Barat, 11 April 1955. Hingaa saat ini puing pesawat masih utuh dikedalaman 14 meter.

Camat Bunguran Barat Asmara Juana mengatakan, keberadaan bangkai pesawat Kashmir Princess masih utuh. Pihaknya sudah menyurati pemerintah daerah agar menjadi situs bersejarah memperingati Konferensi Asia Afrika pertama digelar.

BACA JUGA: Dilarang Naikkan Penumpang di Area Terlarang, Sopir Taksi Tinju Petugas Bandara

Jatuhnya pesawat delegasi RRC kata camat, masyarakat di Kecamatan Bunguran Barat dan Bunguran Utara tahu persis. Sekitar pukul 19.00 WIB 11 April 1955 silam. Penumpang yang selamat adalah mr Dixit (pilot), J.C Patahak  (navigator) dan  Anant Sidhar Karmick (mesinis), sementara 16 penumpang lain tewas dalam kecelakaan tersebut.

"Kashmir Princess waktu itu mengangkut 19 awak dan penumpang,  merupakan delegasi Tiongkok, puing pesawatnya masih utuh," kata camat.

BACA JUGA: Calonkan Kader di Pilwali Surabaya, Gerindra Siapkan 2 Nama

Pemerintah lokal bersama masyarakat di Sedanau, Bunguran Barat sambungnya, turut menjaga situs ini, sebagai saksi perjalanan sejarah dunia. Agar menjadi saksi bisu.

"Saya sudah bikin SK Camat, pasang pelampung di tempat itu sebagai tanda, untuk  menjaga keberadaannya sebagai promosi daerah juga," tuturnya.

Asmara mengatakan, untuk mengenang peristiwa mengenas tersebut, saat ini sudah dibangun tugu  dengan bentuk pesawat. Menandakan lokasi Kampung Karang Princess.

"Dulu waktu kejadian, masyarakat Sedanau turut membantu memberikan perawatan dan penyelamatan kepada korban
pesawat jatuh itu. Di dalam pesawat ada tokoh politik tiongkok dan wartawannya. Dari 19 awak dan penumpang
hanya 3 yang selamat, dan dimakamkan di Sedanau," ujarnya.

Menuturnya, kecelakaan pesawat delegasi Tiongkok salah satu menjadi gagasan dibangunan Bandara Ranai oleh Pemerintah. Sekarang digunakan sebagai pangkalan militer TNI AU.

Kepala Desa Selaut Abu Hair mengaku, keberdaaan bangkai pesawat cashmir princes menjadi lokasi penyelaman nelayan tradisional mencari tripang.

"Puing badan pesawat masih utuh. Ada komponen  yang diambil warga, tapi tak laku dijual. Dari Pulau Selaut hanya 15 menit gunakan pompong, perlu menyelam untuk melihat puing pesawat," ujar Kades.(arn/ray/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hanura Tanggung Biaya Survei Penjaringan Calon di Pilkada


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler