Gayus Bajingan yang Herois

Sabtu, 15 Januari 2011 – 00:21 WIB
IRONIS, isu Gayus Tambunan kini mirip kisah penyanyi Anang HermansyahKonon ada penyanyi baru pengganti Syahrini

BACA JUGA: Negara Tak Urus Cabai

Akan jadi pacar menuju jenjang pelaminan-kah? Belum jelas
Gayus juga begitu

BACA JUGA: Surprise dari Banda Aceh

Isu-isu dia membayar paspor Rp 900 juta, jadi berita
Tapi kata pengacaranya, Hotma Sitompul, hanya Rp 200 juta

BACA JUGA: Maaf, Ini Cinta Pelarian!

Mana yang benar? Belum jelas.

Gayus bisa keluar dari Rutan Brimob di Kelapa Dua Depok sebanyak 68 kali dan lalu berlibur ke Bali, Macau, Kualalumpur dan Singapura, memang pantas menjadi beritaTetapi mengapa bisa keluar? Siapa yang membolehkannya? Belum jelas.

Tapi jika mengingat sudah banyak tahanan yang bisa keluar dari rutan itu, artinya sudah jamakBukan orang menggigit anjing - sebenarnya bukan lagi berita.

Saya hanya sebal berita tentang Gayus itu "miskin" informasiHanya didominasi unsur "who" dan "what"Sementara "why" dan "how"-nya tidak munculMisalnya, mengapa ia membayar paspor semahal itu? Padahal, paspor resmi hanya sekitar Rp 275 ribu saja.

Logikanya, banyak yang kecipratanSiapa saja? Katanya, seorang calo berinisial A kebagian Rp 22,5 jutaSisanya, siapa yang membagi-baginya? Adakah para pejabat ikut menikmati, masih belum jelasKebutuhan informasi publik tidak terjawab.

Juga, belum terang-benderang mengapa Gayus ke Macau, Kualalumpur dan SingapuraBenarkah bertemu seseorang yang penting? Siapa orang kaya yang membelanjainya seperti disebut-sebut di media massa? Belum jelas juga.

Tak ayal, Gayus pun bagai berita-berita dalam tayangan sementara infotainmentSepenggal isu saja jadi beritaRasanya mirip running text di televisi pulaDahaga informasi publik tetap kehausan.

Tatkala Gayus bernyanyi di persidangan bahwa yang diadili hanya para teri, seperti dirinya, sementara para "big fish" belum disentuh, juga belum terjawab apa sebabnyaPadahal, konon, ada 40-an pengemplang pajak yang telah dibeberkan di pengadilanMengapa dan bagaimana, juga belum jelas.

Kita tidak hendak menempatkan Gayus sebagai heroBagaimanapun, melihat perbuatannya, dia seorang "bajingan" jugaTetapi dia kan hanya "ekor"? "Kepala"-nya kok belum diapa-apakan? Ini tidak adil sebagai sesama pelanggar hukumMestinya senasib dan sepenanggungan sesuai kualitas kesalahan masing-masing.

Toh, Gayus berguna jugaBuktinya, Komisi III DPR RI telah membentuk Panja Mafia Pajak, Rabu (12/1) laluKonon, dimaksudkan untuk membuat kasus Gayus terang-benderangNamun karena bukan pro-yustisia, bisa-bisa menjadi kancah politisasiMudah-mudahan saja tidak membuat cerita itu semakin kabur.

Soalnya, secara implisit banyak yang menduga bahwa kasus Gayus bisa merembes kepada pengusaha Aburizal Bakrie, yang juga Ketua Umum DPP Partai GolkarTetapi, Aburizal malah menantang agar kasus itu dibuka sampai tuntasTermasuk anggota DPR dari GolkarWah, kasus ini bisa semakin tak jelas.

Saya hanya khawatir jika kasus Gayus dan rentetannya terus mengambang tak menginjak daratan hukum, tak mustahil masyarakat bisa melupakannyaJika kemudian muncul kisah dari entah artis atau penyanyi yang terlibat skandal, atau sejenisnya, cerita Gayus pun berlalu.

Demikian silih-berganti layaknya tayangan infotainmentPadahal, kasus Gayus menyangkut pajak, urat nadi APBNIni soal penting, Bos!

Tak bisa mendustai hati, Gayus menerbitkan empati jugaWalaupun terdakwa kasus mafia pajak itu dituntut jaksa 20 tahun penjara, tapi menghadapi wartawan, setidaknya yang tampak di layar televisi, dia suka melemparkan senyumanSementara di persidangan, saat membacakan dupliknya, dia bersedia mendukung Presiden RI untuk memberantas korupsi demi menangkap koruptor big fish.

Dia kecewa karena hanya koruptor kelas "teri" yang ditangkapSedangkan koruptor "big fish" dibiarkan"Tapi yang terjadi, (hanya) ikan teri seperti saya, Arafat, Sri Sumartini, Alif Kuncoro, Humala, dan Maruli, (yang) ditangkap," lanjut GayusPadahal, Gayus sudah banyak "bernyanyi" siapa saja "big fish" itu, ketika sebelumnya dia diperiksa berbagai pihak.

Betapa ironisGayus bahkan "bersedia" menjadi staf ahli Kapolri, Jaksa Agung, maupun Ketua KPK, demi pemberantasan korupsi di negeri iniDia berjanji, dalam waktu dua tahun Indonesia akan bersih.

"Saya tak hanya akan menangkap kakap, tapi paus dan hiu saya tangkap," tandasnya.

Tentu saja curhat Gayus itu hanya sinismeTidak benar-benar ia hendak menjadi staf ahli para penegak hukum ituMustahilMasa terdakwa masuk ke jajaran struktural penegak hukum.

Saya kira, masyarakat berharap agar kasus Gayus menjadi snow ball yang semakin menyibakkan siapa saja "pendosa-pendosa" perpajakanPenegak hukum telah diberi amunisi, dan semestinya serta-merta-lah bergerak, agar buku KUHAP itu tidak sia-siaJika diam seribu bahasa, apa kata dunia?

Mestinya, ya, go a head! Ibarat kuman penyakit yang diidap sebuah tubuh, semakin banyak berkeluaran semakin baik, sehingga sang tubuh pada suatu hari menjadi sterilSemacam kristalisasi, pemurnian.

Jika pun banyak jatuh korban, tetapi ibarat pepohonan tumbang bersama daun-daunnya, maka di atas pohon dan daun-daun yang busuk itu akan muncul tunas dan pohon baru yang lebih subur.

Memang sindiran Gayus akan sia-sia saja, jika berlalu bagai anginAh, jika penegak hukum pun melanggar hukum, apa jadinya negeri ini? Jika sapu yang diharapkan membersihkan malah berlepotan dengan kotoran, apa kata dunia?

Ibarat meja makan, saban ada yang membersihkan, ada saja yang kemudian mengotorinyaBahkan tragisnya, para pembersih meja makan itu ikut pula mengotorinyaMengapa tak didepak saja?

Diskriminasi penegakan hukum adalah citra buruk yang membuat investor ragu menanamkan modal di IndonesiaJika demikian, menyahuti "nyanyian" Gayus adalah satu langkah besar dalam meraih kembali kepercayaan masyarakat dan kaum investor terhadap penegakan hukum.

Benarlah Hunter S Thompson, ketika ia berkata, bahwa "We cannot expect people to have respect for law and order until we teach respect to those we have entrusted to enforce those laws".

Saya ingat film lama, yakni The Singer not The SongAnda boleh benci perbuatan GayusTetapi, dengarlah nyanyiannya, bukan siapa penyanyinya(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Awas, Ancaman Victory Disease!


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler