jpnn.com, GAZA - Sekali lagi, Gaza membara. Israel Defense Force (IDF), sebutan militer Israel, kembali terlibat bentrok senjata dengan Hamas. Hingga kemarin, Minggu (5/5) pertempuran yang meletup sejak Jumat (3/5) itu masih berlanjut.
Tidak kurang dari 600 roket Israel menghantam sedikitnya 260 titik di Jalur Gaza. Bangunan-bangunan hancur. Mobil-mobil hangus. Nyawa sembilan orang melayang.
BACA JUGA: Menelusuri Sejarah Eksistensi Yahudi di Nusantara
Berdalih membela diri, Israel tidak mau menyerah. Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu malah memerintah pasukannya lebih intensif menyerang.
Dalam sidang kabinet rutin kemarin, dia mengatakan bahwa seluruh armada pendukung IDF akan dikerahkan ke perbatasan Israel-Palestina. Tank-tank dan artileri bakal meluncur bersama infanteri Israel untuk mendukung pasukan yang sudah lebih dulu siaga di perbatasan.
BACA JUGA: Terungkap, Donald Trump Tak Mau Palestina Merdeka
"Saya perintahkan militer melanjutkan serangan udara dan artileri. Hamas bertanggung jawab atas serangan ke Israel dan mereka harus membayar penuh," ucap Netanyahu seperti dikutip Agence France-Presse.
BACA JUGA: Ribut Lagi, Hamas Luncurkan 60 Misil, Israel Balas 80
BACA JUGA: Setahun The Great March of Return
Di mata Israel, Hamas adalah teroris. Kelompok-kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan Hamas adalah ekstremis. Karena itu, tidak ada yang salah dengan aksi militer besar-besaran untuk memberantas teroris dan ekstremis.
Kemarin Turki melaporkan bahwa kantor perwakilan Anadolu Agency di Gaza juga menjadi sasaran roket Israel. Presiden Recep Tayyip Erdogan pun berang.
"Kami mengutuk serangan itu. Turki tidak akan berhenti melaporkan kekejian Israel di Gaza dan wilayah Palestina lainnya," tegas Erdogan.
Sementara itu, Utusan PBB untuk Timur Tengah Nickolay Mladenov mengecam pertempuran terbaru di Gaza. Dia meminta dua kubu menahan diri. (bil/c10/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Maaf Mr Trump, Eropa Ogah Akui Dataran Tinggi Golan Milik Israel
Redaktur & Reporter : Adil