Gedung Runtuh, Jalan Terbelah, Ada Jeritan, Ini Bukan Film

Rabu, 10 Oktober 2018 – 09:06 WIB
Korban bencana Sulawesi Tengah yang berhasil selamat tiba dan disambut Kapolres Sukabumi Kota, AKBP Susatyo Purnomo. Foto: Radar Sukabumi

jpnn.com, SUKABUMI - Enam warga Gunungpuyuh, Kota Sukabumi di Palu Sulawesi Tengah selamat dari bencana gempa bumi dan tsunami yang menerjang Palu, Gili dan Donggala. Mereka menyimpan kisah dramatis bak cerita di film-film.

Kepada Radar Sukabumi, Selvi Yuliawati (32), satu dari enam anggota keluarga yang berhasil selamat menceritakan detik-detik peristiwa yang menelan ribuan korban jiwa ini.

BACA JUGA: Sudah Teriak – teriak Tsunami Datang tapi Mereka tak Percaya

Menurutnya, saat peristiwa itu berlangsung, dirinya sempat menduga hari itu merupakan kiamat, karena besarnya guncangan gempa yang terjadi kala itu.

“Kejadiannya saat azan magrib tiba. Waktu menunjukan sekitar pukul 18.05 (WITa). Saya beserta anak kala itu hendak ke kamar mandi. Ketika gempa mengguncang, sontak kami langsung keluar rumah karena dinding rumah mulai retak,” kata Selvi, Selasa (9/10).

BACA JUGA: Kekurangan Guru, Rekrut Sarjana Pendidikan Baru Lulus

Setelah berhasil menyelamatkan diri dan berkumpul di lapangan kantor Wali Kota Palu, dia menyaksikan bangunan dan jalan yang mulai runtuh dan terbelah. Tidak hanya itu, sinyal telepon dan jaringan listrik mati sehingga menambah suasana mencekam.

“Ternyata, apa yang saya lihat di film-film benar-benar terjadi secara nyata dengan mata kepala sendiri. Suasana begitu mencekam, suara jeritan warga, reruntuhan bangunan ditambah suasana yang gelap gulita karena jaringan listrik lumpuh,” ungkapnya.

BACA JUGA: Areal Terdampak Likuifaksi Sepakat Ditutup

Saat berhasil selamat bersama anaknya, yang ada dalam pikiran Selvi hanya ibundanya Yoyom Yuliawati (70) beserta adiknya yang tinggal terpisah dengannya. Dia langsung mencari anggota keluarganya itu, tapi belum berhasil bertemu karena lokasinya pun cukup jauh

“Rumah adik saya (Ria Aryani,red) berjarak sekitar tiga kilo meter dari rumah. Saat itu kami sempat terpisah selama dua hari karena upaya pencarian di hari pertama dan kedua tidak membuahkan hasil. Bahkan, rumahnya pun sudah hancur bak ditelan bumi. Tapi akhirnya, kami berhasil bertemu dengan kondisi selamat di lokasi pengungsian,” beber Selvi.

Tidak hanya itu, usai bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi itu, seluruh keluarganya dihantui gempa susulan. Setiap hari dirinya tak bisa tidur nyenyak karena terus dihantui rasa trauma.

“Nyaris setiap menit saat itu selalu ada gempa susulan dengan kekuatan yang lebih rendah dari guncangan sebelumnya. Kami setiap hari tidak bisa tenang, mau berlindung dekat pantai takut tsunami, di gedung takut gempa dan di area terbuka takut pencairan tanah,” sebutnya.

Selvi juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang ikut peduli terhadap kondisi keluarganya, terutama kepada Pemkot Sukabumi dan Polres Sukabumi Kota.

“Alhamdulillah bisa kembali pulang dan berkumpul dengan keluarga. Saya disana dari 2009, tapi tidak menetap. Mungkin ke depan bakal di Sukabumi karena semua harta benda disana tidak ada yang bisa terselamatkan,” pungkasnya. (upi/cr1/e)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Relawan Ubaya Bantu Proses Healing Anak Korban Gempa


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler