Hujan deras disertai petir menjadi ancaman serius bagi masyarakat di hampir seluruh kawasan Indonesia. Tampak dalam foto awan tebal dengan petir terlihat di arah laut Selat Makassar. Menurut Forecaster on Duty Kantor Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Bandara Sepinggan Balikpapan Samriyanto, peristiwa itu disebut badai guntur atau thunder storm. Badai guntur terjadi karena ada awan konvektif yang biasanya disertai dengan pertumbuhan awan Cumulonimbus (CB) Foto: THOMAS/KALTIM POST
JAYAPURA - Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Wilayah V Jayapura mengingatkan nelayan di Papua Selatan, khususnya daerah Agats, Kabupaten Asmat, untuk tidak melaut selama seminggu ke depanBerdasar prakiraan cuaca, gelombang laut di sekitar perairan Agats Amamapare hingga Laut Arafuru Timur mencapai 2,5-5 meter.
Kepala Bidang Data dan Informasi BMG Wilayah V Jayapura Ahmad Mujahidin menjelaskan, gelombang laut di perairan Papua Selatan sangat rawan terhadap dunia pelayaran, khususnya nelayan tradisional.
Karena itu, dia meminta agar para nelayan untuk sementara waktu tidak melaut
BACA JUGA: Dua Universitas di Medan Terancam Tutup
"Selain gelombang tinggi, berpotensi terjadi pasang surut air laut yang berkisar antara 3-4 meter," terangnya.
Kondisi itu disebabkan udara bertekanan rendah di Selat Carpentaria, Australia
Akibatnya, angin bertiup dari arah barat laut dengan kecepatan 15-35 knot atau lebih dari 50 km/jam.
Selain wilayah Papua Selatan, menurut Mujahidin, perairan utara Papua, khususnya sekitar Kabupaten Biak Numfor dan Supiori, juga rawan
BACA JUGA: Semarang Lumpuh Akibat Banjir
Di perairan tersebut, tinggi gelombang berkisar antara 1-3 m
"Kalau Papua bagian utara, yang perlu diwaspadai adalah perairan Biak hingga Sorong
BACA JUGA: Pencopotan Pejabat Polda Sumut Berlanjut
Sebab, tinggi gelombang kurang lebih 1,5-3 meter," jelasnya.
(ind/jpnn/ruk)BACA ARTIKEL LAINNYA... Dalang Kerusuhan Sumut Generasi Tua