Gelombang Tinggi Menahan Ratusan Wisatawan di Karimunjawa

Minggu, 06 Januari 2019 – 00:24 WIB
Elika Boscha, pengunjung Karimunjawa asal Jogjakarta, sedang menikmati suasana hutan bakau di Kemujan, Karimunjawa, belum lama ini. Foto: DOK. PRIBADI

jpnn.com - Ketika pelayaran menuju Karimunjawa ditutup, pilihan yang tersedia adalah beli tiket penerbangan tambahan atau menambah biaya akomodasi. Ada yang turut merasakan dampak sulitnya mencari BBM.

M. KHOIRUL ANWAR, Jepara

BACA JUGA: Gaji Ngadat 6 Bulan, Guru Honorer Harus Kembalikan Honor

DARI pintu di geladak KMP Siginjai, mengalirlah ratusan orang itu. Menuju Pelabuhan Jepara. Bergantian dengan mereka yang mengendarai motor dan mobil.

Di sela-sela keriuhan itu, seseorang tampak segera dibawa ke ambulans. Yang telah lama menunggu di pelabuhan. Dibawa ke RSUD RA Kartini, Jepara, Jawa Tengah.

BACA JUGA: Klub Motor Gelar Sexy Dancer saat Isra Mikraj, Nih Akibatnya

”Ada warga yang membutuhkan rujukan ke RSUD,” kata Kepala Puskesmas Karimunjawa Dian Susiyanto kepada Jawa Pos Radar Kudus.

Kebetulan, lanjut Dian, kapal baru bisa berangkat dari Karimunjawa, Jumat (4/1). Di saat bersamaan wisatawan tengah membeludak. ”Jadi, situasi lumayan panik,” katanya.

BACA JUGA: Duh, Komunitas Motor Undang Sexy Dancer di Momen Isra Mikraj

Gelombang tinggi yang mencapai 2,5 meter sejak 30 Desember sempat membuat Karimunjawa ”terisolasi”. Dalam arti, transportasi laut dari kepulauan yang terdiri atas 27 pulau tersebut ke Jawa terputus.

Akibatnya, ratusan wisatawan pun harus tertahan di kepulauan yang dijuluki ”Karibia-nya Indonesia” tersebut. Sebab, semua jenis kapal dilarang berlayar di tengah ombak setinggi itu.

Dari 260 orang yang diangkut KMP Siginjai kemarin, mayoritas adalah para wisatawan yang sempat tertunda kepulangannya. Sisanya warga Karimunjawa yang hendak ke Jepara dan sekitarnya.

”Ketika pelayaran dari Karimunjawa ke Jepara ditutup itu, kami malah tengah berada di Pulau Kemujan,” kata Bima Ksatria, peneliti asal Jogjakarta.

Kemujan adalah satu di antara lima pulau berpenghuni di Kepulauan Karimunjawa. Empat pulau lainnya adalah Karimunjawa, Nyamuk, Parang, dan Genting.

Untuk bisa menyeberang ke Jepara yang membutuhkan sekitar 4 jam pelayaran, harus ke Pulau Karimunjawa dulu. Dan, itu butuh 30 menit perjalanan darat dari Kemujan. Dua pulau tersebut sudah terhubung jembatan.

Bima datang ke Kemujan bersama rekannya sesama peneliti, Elika Boscha, pada Sabtu lalu (29/12). Mereka meneliti kehidupan warga di sana.

Ketika mendengar pelabuhan ditutup, rasa waswas langsung menjalar. Sebab, tidak ada kepastian kapan bisa balik ke Jogjakarta. Padahal, akomodasi mereka hanya sampai 31 Desember.

Beruntung, mereka dibantu warga dan kepala desa setempat. ”Kami dipersilakan tinggal sampai ada kejelasan pelayaran dibuka lagi,” kata Elika.

Secara administratif, Karimunjawa masuk wilayah Kabupaten Jepara. Sejak 2001, kabupaten tempat lahirnya RA Kartini itu menetapkan kepulauan tersebut sebagai taman nasional.

Dengan pantai putih, kebeningan pantai, dan keanekaragaman fauna, Karimunjawa kian menjadi destinasi wisata yang diminati. Untuk menjangkaunya lewat laut, bisa dari Jepara dan Semarang. Pilihan lain lewat udara dari Semarang.

Pantauan Jawa Pos Radar Kudus, hingga 2 Januari lalu, ada 366 wisatawan yang tertahan di Karimunjawa. Sebanyak 279 orang di antaranya berangkat menggunakan jasa biro wisata. Sedangkan 87 lainnya memanfaatkan angkutan reguler.

Untuk membantu kepulangan wisatawan, Pemprov Jawa Tengah mengoptimalkan angkutan udara. Maskapai Wing’s Air pun melayani penerbangan ekstra dengan tiket seharga Rp 1,6 juta.

Penumpang yang diangkut melalui udara itu mencapai 122 orang. Hingga akhirnya sampai Kamis lalu (3/1) tersisa 244 wisatawan yang masih tertahan.

Pada 31 Desember lalu, Bima dan Elika sempat berusaha mencari tiket pesawat. Saat itu masih dapat kursi pada 4 Januari. Tapi, dengan berbagai pertimbangan, mereka akhirnya menunda pembelian.

Ketika mereka mencoba lagi, tiket sudah habis. Mereka akhirnya juga tidak berusaha membeli tiket penerbangan tambahan. ”Akhirnya bertahan sampai tunggu cuaca membaik,” kata Bima.

Nagano, wisatawan asal Jepang, juga mengaku harus menambah biaya akomodasi. Sebab, kepulangannya molor dari semestinya. Tiba pada 29 Desember, dia menjadwalkan pulang pada 1 Januari.

”Tapi, saya menikmati berwisata ke Karimunjawa,” katanya ketika ditemui di Pelabuhan Jepara kemarin.

Tiap hendak berwisata ke Karimunjawa menggunakan kapal, memang sangat disarankan untuk mengecek informasi di situs BMKG. Sebab, jika gelombang tengah tinggi, otomatis pelayaran akan ditunda.

Selama pelayaran ditutup, Bima dan Elika pun turut merasakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite di sana. Sebelum tahun baru, Elika beli per liter Rp 10 ribu.

Namun, setelah itu naik menjadi Rp 12 ribu. Sebab, persediaan di SPBU sudah habis. Tinggal yang ada di pengecer. Jika kondisi BBM langka, pengecer menaikkan harga.

”Ngobrol sama orang sekitar kalau bensin juga sudah mulai langka. Yang ngecer juga sudah sedikit hanya yang punya stok,” kata Elika.

Tapi, mulai Jumat kemarin KM Siginjai dan Express Bahari telah melayari jalur Jepara–Karimunjawa bolak-balik. Masing-masing satu kali tiap jalur per hari. Membawa serta para wisatawan yang tertahan.

”Pengalaman ini jadi pelajaran bagi kami. Harus memperhitungkan kondisi cuaca kalau mau ke sini,” kata Elika. (*/c10/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Persib Bangun Kekompakan Tim di Jepara


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler