Ribuan warga di ibu kota Myanmar menghadiri prosesi pemakaman pertama dari tiga demonstran muda yang tewas dalam unjuk rasa memprotes pengambilalihan kekuasaan oleh militer. Peringatan untuk mengenang Mya Thwet Thwet Khine juga diadakan di Yangon Dua orang demonstran tewas tertembak dalam bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa pada hari Sabtu Hampir 570 orang telah ditangkap sejak protes yang menentang kudeta meletus dua minggu lalu

 

BACA JUGA: Penipuan Vaksin COVID-19: Modus Minta Bayaran Sampai Pura-pura Jadi Nakes

Mya Thwet Thwet Khine ditembak di kepala oleh polisi pada 9 Februari, dua hari sebelum ulang tahunnya yang ke-20, dalam sebuah unjuk rasa di ibu kota, Naypyitaw.

Mya meninggal dunia pada hari Jumat (19/02) pekan lalu dan menjadi warga yang pertama terbunuh selama unjuk rasa, sementara dua orang demonstran lainnya ditembak mati pada hari Sabtu (20/02).

BACA JUGA: Apa itu News Bargaining Code, Penyebab Facebook Batasi Konten Berita di Australia?

Para pelayat berbaris di pintu masuk menuju tempat pemakaman saat mobil jenazah tiba dan membawa jenazah Mya Thewt Thewt Khine ke krematorium, di mana lebih banyak lagi orang berkumpul. Photo: Ribuan orang menghadiri pemakaman Mya Thwet Thwet Khine, yang meninggal setelah dia ditembak di kepala ketika polisi mencoba membubarkan kerumunan selama protes. (Reuters/Stringer)

 

BACA JUGA: Warga Indonesia yang Menolak Divaksinasi Terancam Denda Sampai Rp 5 Juta

Saat mobil yang membawah jenazah Mya melewati mereka, tanpa suara, mereka mengangkat tangan memberi hormat tiga jari, tanda pembangkangan dan perlawanan yang diadopsi dari negara tetangganya, Thailand.

Di dalam aula krematorium, tutup peti mati hanya dibuka sebagian untuk memungkinkan pelayat melihat untuk terakhir kalinya Mya Thwet Thwet Khine, yang kepalanya diletakkan di atas hamparan mawar merah dan putih sebelum ia dikremasi.

Sementara kerumunan warga di luar meneriakkan kata-kata: "pemberontakan kita harus berhasil!" Photo: Kerabat Mya Thwet Thwet Khine dibawa melalui kerumunan menuju pintu masuk pemakaman. (AP)

  Aksi unjuk rasa berlanjut setelah dua orang demonstran ditembak mati

Pengunjuk rasa di tempat lain di Myanmar berkumpul lagi pada hari Minggu untuk turun ke jalan, melanjutkan demonstrasi yang telah berlangsung selama lebih dari dua minggu.

Di Yangon, kota terbesar di Myanmar, sekitar 1.000 demonstran mengawali hari dengan menghormati Mya Thwet Thwet Khine dalam sebuah upacara di bawah jalan layang.

"Saya ingin mengatakan melalui media kepada para diktator, kami adalah demonstran yang damai," kata salah seorang pengunjuk rasa, Min Htet Naing.

"Hentikan genosida! Berhenti menggunakan senjata yang mematikan!"

Selain itu, ada juga protes di Myawaddy, yang berbatasan dengan Thailand, serta di Danau Inle, tempat wisata yang populer dengan pemandangannya.

Demonstran juga turun ke jalan di Mandalay, kota terbesar kedua di negara itu, tempat pasukan keamanan menembak mati dua orang pengunjuk rasa pada hari Sabtu di dekat galangan kapal.

Penembakan terjadi ketika warga sedang berbondong-bondong menuju ke dermaga Yadanabon untuk membantu para pekerja dalam gerakan perlawanan mereka.

Salah satu korban, yang digambarkan sebagai remaja laki-laki, ditembak di kepala dan meninggal seketika, sementara korban lainnya ditembak di dada dan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.

Sementara dilaporkan beberapa orang terluka parah. Video: At least two people have been shot dead as anti-military demonstrations continue in Myanmar. (ABC News)

 

Berdasarkan keterangan saksi mata dan foto selongsong peluru, pasukan keamanan menggunakan peluru tajam, selain alat-alat pembubaran massa, seperti ketapel, yang merupakan senjata berburu tradisional di Myanmar.

Kematian baru ini menuai kecaman yang cepat dan keras dari komunitas internasional.

Pihak berwenang melanjutkan penangkapan yang dimulai pada hari kudeta 1 Februari, ketika Aung San Suu Kyi dan anggota pemerintah lainnya ditahan.

Menurut Asosiasi Bantuan independen untuk Tahanan Politik, 569 orang telah ditangkap, didakwa atau dihukum, dengan 523 orang, termasuk Aung San Suu Kyi masih dalam tahanan. Facebook menghapus halaman junta militer Myanmar Photo: Polisi di Myanmar menembak mati dua pengunjuk rasa dan melukai beberapa lainnya pada hari Sabtu. (AP)

 

Siaran langsung Sabtu malam di Facebook menunjukkan istri aktor Lu Min menjelaskan bagaimana suaminya ditangkap dan dibawa pergi dari rumah mereka di tengah malam.

Lu Min adalah satu dari enam orang terkenal di industri hiburan yang didakwa pekan lalu karena menghasut pegawai negeri untuk berhenti bekerja dan bergabung dengan gerakan protes, yang dia dukung secara terbuka.

Pada hari Minggu, Facebook mengumumkan mereka menghapus halaman yang dijalankan oleh unit informasi militer Myanmar "karena pelanggaran berulang terhadap standar komunitas kami yang melarang hasutan kekerasan dan mengoordinasikan kerusakan".

Facebook juga sudah menghapus akun lain yang terkait dengan militer.

Junta Myanmar mengambil alih kekuasaan setelah menahan Aung San Suu Kyi dan mencegah parlemen bersidang, karena menilai pemilu November lalu diwarnai oleh kecurangan pemungutan suara.

Hasil pemilu yang menetapkan kemenangan telak partai Liga Nasional untuk Demokrasi yang dipimpin Suu Kyi telah digantikan oleh militer.

Junta mengatakan akan mengadakan pemilihan baru dalam waktu satu tahun.

Kudeta tersebut merupakan kemunduran besar bagi transisi Myanmar menuju demokrasi setelah 50 tahun kekuasaan pemerintahan militer yang dimulai dengan kudeta tahun 1962.

Suu Kyi berkuasa setelah partainya memenangkan pemilu 2015, tetapi para jenderal mempertahankan kekuasaan substansial di bawah konstitusi, yang telah diadopsi di bawah rezim militer. External Link: Behind the News: Myanmar Coup Explained.

 

Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari artikel ABC News dalam Bahasa Inggris

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Akankah Australia Terbuka 2021 Jadi Ajang Terakhir Serena Williams?

Berita Terkait