Gembleng Perempuan Desa di NTT Agar Punya Skill Insinyur

Selasa, 18 Maret 2014 – 18:42 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Perempuan desa selama ini dianggap terbelakang karena buta aksara dan tidak berpendidikan. Untuk menghapus stigma, delapan perempuan dari sejumlah desa di Nusa Tenggara Timur (NTT) akan dikirim ke India untuk mendapat pelatihan gratis selama enam bulan di Tilonia, Jaipur.

Program pelatihan yang berlangsung pada 16 September 2013-14 Maret 2014 ini merupakan kerjasama antara Wadah Foundation dengan Barefoot College. Hasilnya, kedelapan perempuan desa terpilih berhasil menguasai ilmu yang biasanya dimiliki para lulusan insinyur.

BACA JUGA: Anak-anak Ikut Kampanye Golkar di Ciracas

Menurut pendiri Wadah Foundation, Anie Hashim Djojohadikusumo, mereka kini mampu merakit alat eletrik tenaga surya (solar electriction) dan tempat penampungan air hujan permanen (rooftop rain water harvesting). "Delapan perempuan ini akan kembali ke kampungnya, membangun bengkel dan mendidik warga lainnya secara gratis. Mereka juga akan dikirim ke sejumlah desa yang ada di pelosok untuk membagi ilmunya," katanya dalam konferensi pers di Kedutaan Besar India, Kuningan, Jakarta, Selasa (18/3).

Anie menjelaskan, kedelapan perempuan yang mengikuti program pelatihan berasal dari empat desa binaan Wadah Foundation di Indonesia Wilayah Bagian Timur. Tiga desa berasal dari Flores yakni desa Koa, Teka iku, Nangahure, dan Wuring. Sementara satu desa lainnya yakni Desa Kua yang berada di Kupang, NTT. 

BACA JUGA: Pemilik Media Berpolitik Harus Junjung Etika Pers

"Desa itu rata rata belum mendapatkan listrik, miskin, dan sangat terpencil dari kota. Bahkan untuk desa Koa, lokasinya dikelilingi oleh sungai yang besar, yang jika hujan turun, desa mereka langsung terisolasi dari dunia luar," ujar istri pengusaha Hashim Djojohadikusumo ini.

Anie mengungkapkan, pihaknya harus maksimal meyakinkan para perempuan di empat kampung untuk mengikuti program pelatihan. Sebab, mereka sempat ketakutan bakal dijual ke luar negeri dan menjadi bagian dari perdagangan manusia.

BACA JUGA: AM Fatwa: Kinerja Tri Rismaharini Lebih Konkrit Dibanding Jokowi

Namun, akhirnya pihaknya berhasil meyakinkan dan menjelaskan tujuan program yang bertajuk Indian Technical Economic Cooperation (ITEC). “Pimpinan Barefoot, Sanjit “Bunker” Roy yang memilih wilayah, kami yang menyediakan desa. Tujuan kami untuk mengedukasi para wanita, sehingga setelah mereka mendapatkan ilmu, mereka akan kembali dan membangun lingkungan mereka,” ujarnya.

Selanjutnya, Barefoot dan Wadah Foundation akan  mengirim alat-alat yang cukup berat dari India ke bengkel yang akan dibangun oleh kedelapan perempuan di kampungnya masing masing. Anie berharap pemerintah Indonesia memberikan bantuan khususnya terkait pengiriman logistik dan transportasi.

Duta Besar India untuk Indonesia, Gurjit Singh, mengungkapkan alasan dipilihnya perempuan daripada laki-laki untuk mengikuti program edukasi ITEC. Menurutnya, berbeda dengan laki-laki, perempuan tidak langsung keluar dari lingkungannya begitu memperoleh pendidikan.

Ia pun berharap program edukasi ini rutin dilakukan setiap tahun dengan melibatkan para perempuan yang berasal dari desa-desa miskin dan terpencil di Indonesia.

Salah satu peserta pelatihan bernama Rasmi mengaku belajar menghafal nama-nama alat dengan bahasa India dan Inggris selama satu bulan. Kemudian di bulan-bulan berikutnya, ia belajar merakit alat. "Kami sangat bersyukur karena ilmu ini sangat bermanfaat bagi kampung kami," ujar perempuan berusia 53 tahun ini.(dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ical Ingin Bawa Indonesia ke Zaman Orde Baru


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler