Generasi Milenial Tak Berminat Memiliki Rumah

Sabtu, 12 Agustus 2017 – 13:40 WIB
Perumahan. ILUSTRASI. FOTO: Dok. JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Penjualan properti residensial hanya tumbuh 3,61 persen secara quarter-to-quarter (qtq).

Artinya, pertumbuhan itu melambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan penjualan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 4,02 persen.

BACA JUGA: Ramaikan Pasar Properti, Patra Jasa Hadirkan Berbagai Promo Menarik

Bahkan, ketimbang pertumbuhan penjualan perumahan pada kuartal pertama 2017, angkanya juga melambat.

Alasannya, pada kuartal pertama, masih terdapat pertumbuhan 4,16 persen.

BACA JUGA: IPEX 2017, BTN Bidik Kredit Baru Rp 5 Triliun

Meski penjualan rumah melambat, harga rumah terus meningkat.

Bila dibandingkan dengan tahun lalu, terdapat kenaikan indeks harga 3,17 persen. Kenaikan harga rumah paling tinggi berada di segmen rumah tipe kecil, yakni 2,61 persen.

BACA JUGA: Trik Sederhana Bagi Generasi Milenial Kumpulkan DP Rumah

Perlambatan penjualan terjadi lantaran permintaan rumah hunian juga berkurang. Sementara itu, kenaikan harga rumah disebabkan harga bahan bangunan dan upah pekerja.

Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda menyatakan, perbankan sebenarnya sudah berupaya mendukung pertumbuhan sektor properti dengan menurunkan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit pemilikan apartemen (KPA).

Namun, daya beli rendah membuat penjualan tetap seret.

’’Pemerintah harus dapat menggenjot perumahan menengah ke bawah. Meski secara nilai terlihat kecil, secara jumlah terus meningkat,” katanya kemarin (11/8).

Kendati inflasi harga pangan terkendali, Ali menuding pencabutan subsidi listrik dan bahan bakar minyak berpengaruh besar terhadap daya beli masyarakat.

Selain itu, pemerintah harus mempercepat realisasi proyek-proyek infrastruktur agar pendapatan masyarakat dan serapan tenaga kerja meningkat.

’’Sektor infrastruktur tidak dapat secara instan meningkatkan sektor riil. Pada saatnya nanti, perekonomian Indonesia bisa lebih tinggi lagi,” ucapnya.

Kinerja negatif penjualan perumahan membuat pertumbuhan KPR dan KPA hingga Mei lalu hanya mencapai 0,55 persen.

Bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, juga terjadi perlambatan karena pada periode yang sama tahun lalu mencapai 2,39 persen.

Direktur Consumer Banking PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Handayani menilai generasi milenial kini lebih suka menyewa apartemen atau kamar kos ketimbang memiliki rumah.

Alasannya, mereka suka berpindah pekerjaan dan lebih praktis.

Masyarakat juga masih menahan membeli properti karena menunggu situasi politik dan ekonomi lebih stabil.

Saat ini perekonomian Indonesia tumbuh stagnan di 5,01 persen.

Sementara itu, indeks properti, real estate, dan konstruksi bangunan di bursa saham mencatat penurunan terdalam kedua setelah sektor agrikultur. Penurunan indeks mencapai 3,36 persen secara year to date (ytd).

“Saat ini kami mengandalkan kredit untuk masyarakat menengah ke bawah karena permintaannya tetap tinggi. Kami ingin kondisi perekonomian membaik sehingga KPR untuk kelas menengah ke atas sama-sama tumbuh,’’ ungkapnya. (rin/c20/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Luncurkan Klaster Baru, Citra Harmoni Incar Segmen Menengah


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler