Genjot Inovasi Pembangunan dan Pemeliharaan Bendungan

Jumat, 15 Desember 2017 – 02:42 WIB
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono. Foto: JPNN

jpnn.com, SEMARANG - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mendorong adanya inovasi dalam pembangunan dan manajemen operasi dan pemeliharaan waduk atau bendungan dan jembatan di Indonesia.

“Saya belum melihat ada inovasi dalam pembangunan bendungan. Program pembangunan 49 bendungan baru sebagai program prioritas nasional menjadi kesempatan bagi kita untuk mengaplikasikan ide inovatif,” kata Basuki saat membuka seminar internasional tentang bendungan dan jembatan di Balai Uji Coba Sistem Diklat Perumahan dan Permukiman, Kompleks Universitas Diponegoro, Semarang, Rabu, (13/12).

BACA JUGA: Kebut Pembangunan Bendungan Sukamahi dan Ciawi

Dia menambahkan, inovasi dalam rangka pembangunan bendungan baru dan manajemen 231 bendungan yang sudah ada harus dilakukan.

Bendungan yang sudah ada bila tidak dipelihara akan mati karena proses alami. Demikian juga bendungan alami yaitu danau juga mengalami hal yang sama. Karena itu,  saat ini Kementerian PUPR juga menangani danau terutama danau kritis.

BACA JUGA: Ubah Sistem Pengadaan Barang dan Jasa untuk Cegah Korupsi

Manajemen operasi dan pemeliharaan bendungan harus dilakukan secara optimal.

Dengan begitu bisa memenuhi banyak kebutuhan seperti pengendalian banjir, air minum, irigasi dan listrik.

BACA JUGA: Kementerian PUPR Pacu Kualitas Pengadaan Barang dan Jasa

“Di Citarum dengan memperbaiki cara mengoperasikan bendungan, bisa menambah kapasitas air yang selama ini terbuang sebesar 12 m3 per detik dan bisa dimanfaatkan untuk air baku Jakarta,” jelas Basuki.

Oleh karena itu, kerja sama antara Kementerian PUPR dengan MLIT Jepang yang sudah terjalin lama juga dilakukan dalam bidang bendungan.

“Saya meminta MLIT untuk melakukan survei terhadap bendungan yang sudah ada, mana yang berpotensi untuk ditingkatkan pemeliharaannya,” kata Basuki.

Dari hasil survei selama enam bulan sejak pertengahan 2017 tersebut, dikeluarkan rekomendasi bagi peningkatan Bendungan Kedungombo di Jawa Tengah melalui pembuatan terowongan baru sebagai saluran pembuang sedimen.

Rekomendasi lainnya adalah pembangunan cascading dam di Daerah Aliran Sungai Citarum.

Dari pengalaman Jepang, bendungan yang sudah ada dapat ditingkatkan kemanfaatannya melalui beberapa cara.

Yakni, peninggian bendungan sehingga kapasitasnya bertambah, membuat outlet baru supaya pemanfaatan kapasitas yang ada lebih efektif dan memperpanjang umur bendungan dengan membuat terowongan untuk mengalirkan sedimen.

Kelebihan melakukan peningkatan bendungan (dam upgrading) dibandingkan membuat bendungan baru yakni tidak diperlukan pembebasan lahan, lebih ramah lingkungan, dan waktu lebih cepat.

Sementara untuk jembatan, Basuki menyampaikan salah satu inovasi adalah pembangunan Jembatan Holtekamp di Provinsi Papua.

Bentang utama jembatan dengan tipe box arch steel ini dikerjakan oleh PT  PAL Indonesia di Surabaya yang memiliki fasilitas peralatan yang lengkap sehingga mempercepat dan menjamin kualitas jembatan.

Namun, sekitar 50 ribu meter jembatan di Indonesia juga mengalami tantangan usia sehingga perlu dilakukan rehabilitasi.

Menurut Basuki, 60 persen jembatan di Indonesia dalam kondisi baik, 30 persen kurang baik, dan sepuluh persen rusak berat.

Pemeliharaan jembatan juga akan ditingkatkan tidak hanya memperhatikan bagian atas jembatan, tapi juga bagian bawahnya.

Pemantauan kondisi dan program pemeliharaan jembatan dimonitor oleh Kementerian PUPR secara konstan melalui Sistem Manajemen Jembatan Indonesia.

Sementara itu, mitigasi bencana seperti gempa, banjir dan tanah longsor perlu dilakukan karena tidak hanya merusak bangunan infrastruktur, namun dampaknya terhadap aktivitas sosial dan ekonomi.

Oleh karena itu, informasi klimatologi yang dimiliki oleh BMKG dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keamanan bendungan dan jembatan yang dibangun.

Di samping itu, kata Basuki, BMKG memiliki alat yang tersebar jaringannya di seluruh Indonesia yang bisa digunakan untuk membantu dan mendukung pengoperasian infrastruktur yang ada, di antaranya bendungan.

"Kami ingin bekerja sama lebih erat. Kami ingin melebarkan peran BMKG agar tidak hanya terkait bencana alam, tetapi juga membantu kami mengelola sumber daya air yang dimiliki," jelasnya. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pembangunan Venue Layar dan Jet Ski Asian Games Dikebut


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler