Gerakan Bela Negara itu Revolusioner dan Perlu Didukung, Jika...

Rabu, 14 Oktober 2015 – 20:29 WIB
Ketua Komite Persiapan Liga Pemuda Indonesia (KP LPI), Lalu Hilman Afriandi. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

jpnn.com - JAKARTA - Komite Persiapan Liga Pemuda Indonesia (KP LPI) mendukung dan akan melibatkan diri dalam program bela negara yang dicanangkan pemerintah, sepanjang program itu mengusung semangat revolusioner.

Akan tetapi apabila program bela negara dan indoktrinasi atau wajib militer tersebut bertentangan dengan semangat revolusioner, berdasarkan cita-cita Revolusi Agustus 1945, LPI akan berdiri di barisan depan bersama seluruh rakyat pekerja Indonesia untuk menentang dan melawan program tersebut.

BACA JUGA: Kapolri: 7.000 Polwan Untuk Cegah Kekerasan Terhadap Anak

"Lebih-lebih jika program bela negara itu hanya untuk membuka peluang bagi kelangsungan hidup imperialisme, kompradorisme, kapitalisme birokrasi dan sisa feodal, kami akan tolak," tandas Ketua KP LPI, Lalu Hilman Afriandi, kepada JPNN.com, Rabu (14/10).

Menurut mantan Ketua Umum Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi ini, Perjuangan LPI tidak berseberangan dengan program bela negara. Yakni membela negara dari ancaman neokolonialisme dan imperialisme.

BACA JUGA: Bantah Surya Paloh Terlibat Korupsi, Akbar Faisal: Harusnya Dia Dapat Penghargaan

"Indoktrinasi bela negara hendaklah bertujuan untuk menanamkan semangat patriotisme di dalam dada setiap warga negara. Tujuannya meneruskan tradisi serta cita-cita Revolusi Agustus 1945 untuk membangun negara Indonesia yang merdeka penuh, bebas dari sisa-sisa imperialis."

Ala Bung Karno

BACA JUGA: Pengamat: Berantas Dulu Korupsi, Baru Bela Negara

Lalu Hilman mengisahkan perjuangan bela negara yang dilakukan pada masa pemerintahan Bung Karno. Di masa Bung Karno, kata dia, Indonesia berpengalaman memobilisasi kekuatan nasionalnya dalam menghadapi bahaya agresi imperialis. 

Mulai dari Revolusi Agustus 1945, perjuangan mengambil alih perusahaan-perusahaan  kapitalis monopoli asing, perjuangan pembebasan Irian Barat dari tangan kolonialisme Belanda dan terakhir perjuangan melawan proyek neokolonialis Malaysia yang mampu memobilisasi dua puluh juta sukarelawan. 

"Itu semua tak lepas dari indoktrinasi revolusioner di masa itu. Indoktrinasi revolusioner yang ditujukan untuk tugas mulia revolusi Indonesia, membebaskan rakyat dari segala macam penindasan dan penghisapan, dan untuk menyokong dengan sekuat tenaga perjuangan rakyat dalam perjuangan pembebasannya," tuturnya.

(baca juga: Pakailah Gagasan Bung Karno dalam Indoktrinasi Bela Negara)

Alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini menilai, indoktrinasi dan belanegara bahkan latihan-latihan militer apabila diperlukan, haruslah dijadikan sebagai bagian integral dan diabdikan untuk kepentingan nasional dan mewujudkan masyarakat adil makmur. 

Dia pun mencuplik pidato Bung Karno bertajuk Berdikari di muka Sidang Umum ke-III MPRS, April 1965.

...untuk menyukseskan pembangunan ekonomi kita dan untuk menyukseskan program ekonomi perjuangan kita, prasarana-prasarana yang fundamentil adalah pembangunan mental rakyat kita dalam rangka nation and character building.

Termasuk di dalamnya program indoktrinasi yang harus diintensifkan, agar kita semua betul-betul tahu dan mengerti dengan jelas dan terang, apa yang harus kita kerjakan. Kalau tidak, orang akan mudah menyeleweng...

"Nah, pidato Berdikari Bung Karno tersebut adalah roh dari semangat belanegara. Membela negara dari ancaman imperialis, demi terwujudnya masyarakat tanpa penghisapan manusia atas manusia," demikian Lalu. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pakailah Gagasan Bung Karno dalam Indoktrinasi Bela Negara!


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler