Kapolri: 7.000 Polwan Untuk Cegah Kekerasan Terhadap Anak

Rabu, 14 Oktober 2015 – 19:47 WIB
Kepala Polri Jenderal Polisi Badrodin Haiti. FOTO: DOK.JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA – Pada tahun 2014, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) sudah berupaya merekrut 7.000 polisi wanita (Polwan). Hal itu dilakukan untuk menambah jumlah personel Polwan guna mengatasi dan mencegah kekerasan terhadap anak. Termasuk juga penindakan ketika terjadi kekerasan yang menimpa anak-anak.

“Di setiap Polsek (polisi sektor, red) setidaknya sudah diupayakan minimal ada dua polwan yang ditugaskan,” kata Kepala Polri Jenderal Polisi Badrodin Haiti, Rabu (14/10).

BACA JUGA: Bantah Surya Paloh Terlibat Korupsi, Akbar Faisal: Harusnya Dia Dapat Penghargaan

Menurut Haiti, para polwan itu harus memiliki pengalaman terlebih dahulu sebelum ditempatkan. “Jangan sampai malah menimbulkan masalah,” ujarnya.

Haiti juga mengatakan kualitas Polwan termasuk dalam hal penyidikan terhadap kasus-kasus yang menimpa anak-anak juga sudah ditingkatkan.

BACA JUGA: Pengamat: Berantas Dulu Korupsi, Baru Bela Negara

Haiti menamahkan Polri sudah menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak untuk peningkatan kapasitas kemampuan polwan itu.

Terkait hukuman terhadap pelaku kekerasan terhadap anak, menurut Kapolri, sudah maksimal. “Kalau pembunuhan yang direncanakan terhadap anak bisa dijerat 340 KUHPidana. Ini bisa seumur hidup, bisa hukuman mati,” tegasnya.

BACA JUGA: Pakailah Gagasan Bung Karno dalam Indoktrinasi Bela Negara!

Tapi, kata dia, kalau bukan pembunuhan berencana atau penganiayaan biasa, sanksi hukumnya tentu berbeda dengan pembunuhan berencana. 

Sebelumnya, Haiti tak menampik jika angka pelecehan, kekerasan hingga pembunuhan terhadap anak mengalami peningkatan setiap tahun. Tercatat wilayah kota besar paling tinggi tingkat kejahatan terhadap anak karena kehidupan yang lebih kompleks.

“Secara statistik angka kekerasan terhadap anak dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, ujar Haiti.

Menurut Haiti, untuk mengatasi kejahatan terhadap anak tak cukup dilakukan dengan penegakan hukum. Paling penting adalah bagaimana melakukan pencegahan supaya peristiwa tak terjadi. 

Apalagi, kata Haiti, lebih dari 80 persen kekerasan terhadap anak dilakukan oleh orang terdekat. Bisa dalam lingkungan keluarga, sekolah dan sebagainya.

Karenanya, Haiti meminta orang tua untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap terhadap anak. Misalnya, bagaimana orang tua mengawasi anak-anak saat bermain.

“Kemana perginya dan dengan siapa anak itu bergaul. Ini kan orang tua yang paling tahu,” katanya.

Di samping itu, Haiti juga mengimbau masyarakat di lingkungan sekitarnya juga harus peka. Kalau kepekaan itu dilakukan lebih awal, maka hal-hal yang lebih buruk terhadap anak mungkin tidak terjadi.

Menurutnya, kesadaran seperti ini memang mesti ditingkatkan, mengingat di dalam lingkungan keluarga, polisi tidak bisa mengawasi langsung terkecuali jika ada laporan. “Oleh karena itu yang paling utama adalah keluarga,” ungkapnya.(boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kepala BKN: PPPK Setara PNS, Juga Terima Pensiunan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler