Gerindra Kritik Program Bela Negara ala Menhan

Kamis, 15 Oktober 2015 – 16:25 WIB
Ilustrasi.

jpnn.com - JAKARTA - Anggota Komisi I DPR, Ahmad Muzani mengkritik program bela negara yang dicanangkan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. 

Bahkan, politikus Gerindra itu menilai ada pergeseran antara sistem pertahanan yang diterapkan pemerintahan terdahulu dengan sekarang.

BACA JUGA: Kemenkominfo Jaring 100 Tenaga Humas Baru, Ini Pemborosan?

"Di bidang sistem pertahanan sekarang ini yang belum cukup mantap adalah tren pertahanan. Ada pergeseran dari pemerintah sebelumnya kepada sekarang," kata Muzani di gedung DPR Jakarta, Kamis (15/10).

Dijelaskan, pergeseran bisa dilihat dari upaya pemerintah sebelumnya meminimalkan permusuhan atau menolkan potensi peperangan melalui MEF (Minimum Essential Force). Tetapi yang terjadi sekarang justru sebaliknya.

BACA JUGA: Akui Lambat Tetapkan Tersangka Bansos Sumut, Ini Alasan Jaksa Agung

"Namun sekarang, Menhan meluncurkan bela negara. Saya terus terang agak terkejut, seperti kita menghadapi sebuah bahaya besar, ada ancaman perang dari luar sehingga perlu bela negara sampai 100 juta orang," ujarnya.

Program tersebut menurut Ketua Fraksi Gerindra DPR itu bukan hanya fantastis dari segi jumlah orang tapi juga fantastis biayanya. Karena program itu akan menghabiskan ratusan triliun beberapa tahun ke depan. Padahal bela negara merupakan tanggung jawab setiap warga negara Indonesia ketika menghadapi ancaman.

BACA JUGA: Cara Rio Amankan Kasus Bansos di Kejaksaan Agung Masih Misterius

"Gerindra pasti mendukung, setiap ancaman dari musuh sebelah manapun menjadi tanggung jawab negara, bukan hanya TNI tapi warga negara untuk membela. Tetapi ketika ancaman itu belum cukup nyata dan kita merasa belum ada sesuatu dan kita menggelorakan seperti ada sesuatu, ini menjadi masalah," tegasnya.

Karena itu, dia meminta pemerintah menjelaskan program ini secara detail. Karena biaya besar yang akan digelontorkan untuk program tersebut ditengah kesulitan ekonomi, menurutnya tidak tepat. Justru yang lebih pas dilakukan pemerintah sekarang ini adalah memperkuat ekonomi masyarakat. 

"Kekuatan negara itu ada di rakyatnya, tapi ketika rakyatnya nganggur makan kurang, daya beli kurang, itu negara akan lemah. Sehingga yang disebut bela negara dalam pandangan kami adalah bagaimana memberikan kebutuhan basic need kepada rakyat secara cukup. Itu dulu. Setelah itu baru kita berfikir tentang itu (bela negara). Urgensinya adalah bagaimana bela negara dimaksudkan untuk memperkuat posisi rakyat, secara ekonomi lemah," pungkasnya.(fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polri Tetapkan Tiga Tersangka Rusuh Aceh Singkil, Aktor Intelektual Belum Tertangkap


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler