Ini Aplikasi untuk Mengatur Anak dalam Penggunaan Gadget

Minggu, 26 Juni 2022 – 17:30 WIB
Aplikasi digital parenting RUANG ORTU by ASIA. Foto: dok ASIA

jpnn.com, JAKARTA - Saat ini tak bisa diingkari teknologi sangat membantu kehidupan manusia. Gawai dan internet sudah jadi kebutuhan dalam aktivitas keseharian kita, termasuk anak-anak.

Namun, penggunaan gawai dan internet berlebih bisa menimbulkan kecanduan yang berdampak buruk pada kesehatan. 

BACA JUGA: Ini Daftar Gadget yang Cocok untuk Aktivitas Live Streaming

Orang tua perlu mulai curiga bila anaknya kecanduan internet. Terutama sang anak kehilangan kontrol dan mulai ketergantungan pada gadget.

Ketika anak lebih memprioritaskan bermain gim atau internet hingga enggan beranjak dari kamar, orang tua perlu waspada. Kecanduan gawai juga terlihat dari perubahan fisik.

BACA JUGA: Generasi Milenial Harus Gunakan Gadget untuk Terapkan Nilai Pancasila

Anak bisa mengalami obesitas karena terus duduk atau mengalami malanutrisi akibat mengonsumsi banyak makanan instan, bahkan ada yang lupa makan.

Tak sedikit pula ditemukan kasus  kecanduan gawai, hingga anak mesti dirawat di rumah sakit jiwa 

BACA JUGA: 3 Kesalahan Penggunaan Gadget yang Sering Anda Lakukan

Oleh karena itu, Alumni Sekolah Islam Al Azhar (ASIA), organisasi yang mengambil peran aktif dengan mengisi posisi sebagai mitra para orang tua dalam implementasi pengasuhan digital ini berupaya mencegah hal itu.

ASIA berupaya membantu orang tua melalui aplikasi digital parenting RUANG ORTU by ASIA.

Melalui aplikasi ini, bersama-sama para orang tua ikut mengawasi kegiatan digital anak.

Di lain sisi, ASIA juga mengembangkan konten, program untuk tumbuh kembang anak, serta berbagai tips khas ASIA dari psikiater dan ahli agama.

"Saya menghadirkan aplikasi Ruang Ortu by ASIA yang dikembangkan oleh ASIA-EDU. ASIA-EDU merupakan salah satu komunitas dari ASIA yang peduli terhadap dunia pendidikan dan tumbuh kembang anak," ujar Ketua Umum ASIA Mohammad Ilham Anwar di Jakarta.

RUANG ORTU by ASIA adalah aplikasi digital parenting pertama di Indonesia yang memudahkan orang tua dalam mengasuh dan memantau perkembangan anak-anak.

Aplikasi ini dirancang berdasarkan pemahaman budaya dan kebiasaan masyarakat Indonesia dan disajikan dalam bahasa Indonesia.

Di sisi lain, RUANG ORTU by ASIA memiliki mode asuh instan dan program, serta konten-konten positif bagi perkembangan anak.

DEF GHI bersama ASIA akan melakukan grand launching Ruang ORTU by ASIA pada akhir Juli 2022.

Para orang tua bisa mengunduh aplikasi ini di Google Play Store, sedangkan untuk Apps Store masih dalam tahap pengembangan.

Ilham mengatakan aplikasi ini meniadakan batasan waktu dan tempat bagi orang tua dalam berkomunikasi dan mengawasi aktivitas anak, baik saat ini maupun dalam rentang waktu sebelumnya.

"Pada saat yang bersamaan, orang tua juga mengarahkan anak untuk lebih banyak menambah wawasan dan belajar hal-hal positif melalui konten-konten bimbingan, keagamaan, pembelajaran, dan lainnya, yang tersedia di dalam aplikasi," tambah Ilham.

Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar turut mendukung adanya aplikasi RUANG ORTU by ASIA.

Selaku pemangku kepentingan dari sekolah-sekolah Islam Al Azhar, YPI Al Azhar berharap  aplikasi ini bisa menjadi benteng bagi umat dalam melindungi generasi yang sedang berhadapan dengan kemajuan teknologi digital ini.

"Sekolah Islam Al Azhar sebagai salah satu penggerak digitalisasi sekolah sangat terbantukan. Al Azhar mengikuti perkembangan zaman terutama di bidang teknologi digital. Adanya aplikasi ini juga bisa menjadi pendukung yang bermanfaat bagi kemajuan Al Azhar," ujar Ketua Umum YPI Al Azhar M Suhadi.

DEF GHI, selaku pengembang aplikasi menyatakan RUANG ORTU by ASIA merupakan solusi dalam pemanfaatan teknologi bagi orang tua dan anak.

Aplikasi ini adalah jembatan penghubung antara model pengasuhan konvensional dan model pengasuhan digital.

"Ide aplikasi ini berangkat dari pengalaman pribadi kami sebagai orang tua dalam mengawasi anak dalam penggunaan gadget. DEF GHI sebagai pengembang aplikasi mobile, berkolaborasi dengan ASIA, merancang dan mengembangkan aplikasi digital parenting, dengan ASIA sebagai mitra asuh," kata Direktur DEF GHI Rafik Ahmad.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Rita Pranawati menambahkan hasil kajian dan telaah KPAI pada 2020 menunjukkan negara belum optimal dalam hal memampukan orang tua agar cakap mengasuh sebagaimana mandat Konvensi Hak Anak.

Hal ini berdampak menyeluruh bagi tumbuh kembang anak. Dari kajian tersebut, baru terdapat 33,8 persen orang tua yang mendapatkan informasi tentang pengasuhan.

Salah satu dampaknya adalah, sebanyak 79 persen anak mengatakan tidak memiliki aturan penggunaan gawai.

Dampaknya, anak memiliki kerentanan menjadi korban kejahatan siber dan penyalahgunaan penggunaan gawai.

 "Kesadaran orang tua tentang hak anak juga masih terbatas sehingga anak mengalami kerentanan dan masih terjadi kasus perkawinan anak, putus sekolah, stunting, serta anak mengalami kekerasan fisik dan psikis. Dominasi pengasuhan oleh ibu dan kurangnya peran ayah juga menyumbang kerentanan pada anak. Untuk itu, kehadiran Ruang ORTU by ASIA menjadi upaya praktik dalam membekali orang tua agar cakap mengasuh, sehingga anak-anak dapat tumbuh sehat dan ceria," kata Rita. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler